Paranormal Ki Kusumo Anggap Wabah Corona Teguran dari Semesta, Inilah Saran Ritual Darinya Agar Indonesia Normal Kembali!

By Stylo Indonesia, Kamis, 23 April 2020 | 15:25 WIB
Paranormal Ki Kusumo Anggap Wabah Corona Teguran dari Semesta, Inilah Saran Ritual Darinya Agar Indonesia Normal Kembali! (dok. pribadi)

Stylo.ID – Wabah corona kini semakin meresahkan seluruh dunia.

Tak terkecuali bagi Indonesia yang dari hari ke hari selalu mengalami angka kenaikan pada pasien yang terinfeksi virus corona.

Bahkan, wabah corona ini justru disebut jadi terguran dari Semesta menurut paranormal kondang Ki Kusumo.

Baca Juga: Mengejutkan! Diduga Jadi Asal Menyebarnya Virus Corona, Ini Foto-foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Virus, Ada Segel Rusaknya?

Seperti yang dilansir Stylo.ID dari Gridhot.ID, Paranormal Ki Kusumo berpendapat bahwa wadah virus corona (Covid -19), menjadi sebuah peristiwa yang sangat luar biasa abad ini.

Menurut dia, kita belajar untuk dapat mencerna atau menyikapi peristiwa-peristiwa negatif yang terjadi setiap tahunnya.

Belum lagi ada beberapa peristiwa-peristiwa lain yang membuat takut dan terjadi secara cepat dan sporadis seperti bencana alam dan sebagainya.

"Jika dalam kepercayaan kami, orang Jawa pasti ingat dengan yang namanya peristiwa Betara Kala," ungkap Ki Kusumo di Jakarta, Minggu (22/3/2020).

Betara Kala dijelaskannya, jika secara harafiah diartikan sebagai Dewa Kala, sebuah simbol yang jika sudah waktunya, jika sudah ada tandanya siapapun tak akan bisa melawannya.

Baca Juga: China Kembali Kecolongan, Ada 1.290 Kematian Baru Karena Virus Corona, Apa Penyebabnya?

"Ada namanya orang saat yang beruntung dan orang saat yang tidak beruntung, tapi ada satu kepercayaan lain yang menyatakan bahwa alam ini perlu diseimbangkan," ujarnya.

Sebenarnya, ini diakui Ki Kusumo lebih merupakan pada bagian dari alam yang menyeimbangkan tubuhnya, bagian alam yang menyeimbangkan sistemnya.

Karena, kata dia, sekarang ini sudah banyak sekali hal-hal yang merusak alam, bagaimana bumi yang sudah semakin tua, bumi yang sudah terbatuk-batuk dan sudah tua luar biasa umurnya dirusak sana-sini.

Diambil pohonnya, diambil sumber daya alam, dan lain sebagainya, sehingga terjadi gempa, longsor dan sebagainya.

Karena ketidakseimbangan hal tersebut, akhirnya terjadilah di mana sisitem bumi akhirnya sudah tidak seimbang.

Hingga akhirnya bumipun secara alami mengalami atau melakukan sebuah prosesnya.

Baca Juga: Fakta Terungkap! Ternyata Pasar Wuhan Bukanlah Asal Pertama Virus Corona, Lantas Dari Mana?

"Bila kita membicarakan bumi, maka kita akan membicarakan alam nyata dan alam tidak nyata, ada alam sadar dan alam tidak sadar."

Dimana pergerakan itu terjadi karena sebuah pengaturan sebuah sistem yang begitu alami berjalan dengan sendirinya," jelas Ki Kusumo.

Kembali menyikapi peristiwa saat ini 'Peristiwa Kala', yang saat ini bisa membuat heboh seluruh dunia, Ki Kusumo memberikan pandangannya.

"Sebagai orang Jawa saya melihatnya, jika tiba-tiba terjadi Pageblug. Seperti misalnya ada peristiwa hama belalang di mana-mana. Lalu bagaimana kita mengatasinya? Waktu itu, ada yang namanya ritual, sehingga belalangnya pergi," katanya.

"Jadi bukan dengan cara disemprot dengan bahan kimia, dan bukan dilakukan sebuah proses yang nyata, bukan itu."

"Tetapi sebuah proses ritual yang berhubungan dengan alam gaib. Karena biar bagaimanapun hal-hal tersebut ada yang mengatur. Sebuah peristiwa yang berkaitan dengan alam nyata itu ada yang mengatur," paparnya.'

Ki Kusumo juga mengatakan, bahwa ada sebuah energi yang membuat mereka melakukan tindakan dan perbuatan yang terjadi seperti sekarang ini.

"Jadi, kalau kita kembali lagi mengingat zaman dulu, ketika hama tikus menyerang. Orang tidak melakukan tindakan membunuh, mengejar ataupun melempar tikus, tetapi melakukan proses ritual sehingga sawah terbebas dari tikus,"‎ ujarnya.

"Zaman dahulu, kita sudah memiliki sebuah teknologi yang berkaitan dengan dunia spiritual. Jangan pernah lupakan sejarah, bahwa kita tidak dilahirkan dari lubang batu, ada sebuah proses yang akhirnya kita ada sampai saat ini, detik ini," urainya.

Baca Juga: Hoaks Atau Fakta? Teh Panas Campur Lemon Bisa Bunuh Virus Corona, Ini Penjelasan Ahli!

Terkait hal ini, kata Ki Kusumo, kita jangan pernah lupakan Tuhan, jangan pernah lupakan bahwa di alam nyata ada alam tidak nyata, bahwa kita hidup berdampingan.

Semua harus saling menghargai, mentoleransi sehingga keseimbangan alam itu terjadi.

Dalam kondisi seperti ini menurut dia, melihat wabah virus corona saat ini sudah begitu luar biasa, sudah melebihi alam fikir kita, begitu cepatnya beredar, begitu banyaknya korban.

Sampai sepertinya setiap pemerintah negara-negara seperti lumpuh, seperti tidak bisa menghadapi wabah virus corona.

"Oleh karena itu saya berfikir bahwa ini adalah peringatan dari alam semesta. Ini adalah Pageblug yang akan kita sikapi."

"Ayo kita lakukan sebuah proses ritual keheningan jiwa, kita mengingat bahwa kita ini siapa dan berasal dari mana. Kita bagaimana dan harus apa?" kata Ki Kusumo.

Diakui Ki Kusumo, bukan hanya secara fisik kita melakukan sebuah proses, pekerjaan yang berkaitan dengan pembasmian.

Baca Juga: Berita Baik! Tanda-tanda Pandemi Corona Akan Segera Berakhir Sudah Mulai Tampak, Ini Buktinya?

Tapi kita juga harus memiliki sebuah tolak ukur spiritual, kita kembali kepada yang Maha Kuasa, kita mengingat, kita berdoa, kita melakukan sebuah prosesi spiritual.

"Jadi saya menginginkan Istana segera melakukan tindakan. Tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kebudayaan kita jaman dahulu."

"Kebudayaan masa lampau yang mungkin saat ini sudah mulai kita lupakan. Istana segera melakukan hal tersebut," katanya.

"Saya mengajak seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk juga sama-sama agar kita bisa berdoa bersama, kita melakukan sesuatu yang berkaitan dengan spiritual," ujar Ki Kusumo. (*) Dinda Stylo

Artikel ini telah tayang di Gridhot.ID dengan judul “Percayai Wabah Corona Sebagai Peringatan dari Semesta, Paranormal Ini Desak Istana Presiden Lakukan Ritual Tradisional: Saya Mengajak Seluruh Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Editor : Nicolaus