Baca Juga: Untuk Kedua Kalinya, Madonna Pakai Aksesori Rancangan Desainer Indonesia Rinaldy Yunardi
The Lady Warrior bukan menggambarkan kekuatan fisik tapi kekuatan dalam diri yang dimiliki seorang anak perempuan, istri dan ibu.
"Saya menggunakan berbagai bahan untuk merepresentasikan elemen-elemen berbeda The Lady Warrior. Saya menggunakan kertas daur ulang yang dibuat menjadi tali kemudian ditenun erat. Ini merupakan simbol kemanusiaan dan kekuatan dalam diri yang dibangun dari pengalaman perempuan, mereka dilahirkan sebagai sosok yang rentan tapi pengalaman hidup mereka yang membuatnya kuat," kata Rinaldy Yunardi.
Pendiri World of WearableArt yang juga merupakan juri tetap kompetisi ini, Dame Suzie Moncrieff mengatakan, “The Lady Warrior adalah busana yang dideskripsikan oleh para juri sebagai metamorfosis luar biasa dari bahan organik yang rapuh menjadi sesuatu yang sangat indah.
Dengan membangun keseimbangan dan bentuk yang sempurna, serta didukung dengan keahlian apik, The Lady Warrior menggambarkan harmoni antara kerapuhan yang memesona dan kekuatan yang halus. Para juri sangat menyukai penggunaan teknik tenun tradisional untuk membuat bahan yang sangat kontemporer.”
Selain Dame Suzie Moncrieff, juri lainnya adalah perancang busana inovatif Auckland James Dobson dari label pakaian Jimmy D, dan pemahat multimedia terkenal Gregor Kregar.
Selama tiga minggu setiap tahunnya, kompetisi wearable art yang tersohor di dunia ini menampilkan karya finalis dengan pertunjukkan teatrikal spektakuler di ibukota New Zealand, Wellington. Sekitar 60.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri akan hadir untuk menyaksikan acara tahunan World of WearableArt Awards 2019. (*)