Penelitian ini menggunakan peralatan canggih, yaitu Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) untuk mendeteksi BPA hingga ke struktur kimianya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Ir. Gusnawati, S.T., M.T., Dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) menjelaskan penelitian serupa dengan judul "Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A (BPA) Kemasan Plastik Polikarbonat (PC) pada Produk Air Minum dalam Kemasan Galon di Wilayah Kota Makassar," yang telah dipublikasikan di Jambura, Journal of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo.
Instrumen atau alat ukur penelitian ini menggunakan Spektrofotometri UV-Vis yang merupakan metode umum untuk melakukan pengujian analisis kandungan zat pada industri farmasi dan makanan.
“Dalam penelitian ini, tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat dengan kode No.7 yang disimpan baik di dalam maupun di luar ruangan selama 7 hari. Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal, sehingga tidak ada BPA yang terdeteksi berpindah ke permukaan galon atau ke air di dalamnya,” kata Gusnawati.
Penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah telah menyatakan bahwa tidak terdeteksi adanya luruhan BPA pada air minum dalam kemasan galon polikarbonat.
Artinya, tidak relevan bila air minum dalam kemasan galon polikarbonat dituding menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Air minum galon polikarbonat yang telah beredar di pasaran dan telah mendapatkan izin edar dari pemerintah aman untuk dikonsumsi.
(*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR