Stylo Indonesia - Ketika mandi dan keramas, pernah enggak, Stylovers kepoin nih, bahan yang ada di dalam sabun dan sampo?
Pada bahan yang ada di sabun dan sampo yang kamu pakai, sering ditemukan salah satu bahan yang terkenal yaitu SLS dan SLES.
Kedua bahan SLS atau Sodium Lauryl Sulfate dan SLES atau Sodium Laureth Sulfate merupakan bahan yang berbeda namun memiliki fungsi yang serupa.
Bahan ini merupakan sufaktan yang biasa dipakai dalam produk pembersih.
Contoh produknya yaitu sabun mandi, sampo, dan pasta gigi yang bisa mengeluarkan busa dan membantu melunturkan kotoran.
Lalu, apa saja sih, perbedaan fungsi antara SLS dan SLES ini?
Cari tahu selengkapnya, yuk, Stylovers!
Perbedaan struktur
Secara kandungan kimia, SLS dan SLES memiliki perbedaan struktur yang dapat kita lihat.
Untuk SLES dibuat melalui proses yang disebut etoksilasi, di mana molekul tambahan seperti etilena oksida ditambahkan ke SLS.
Ini menghasilkan bahan yang lebih lembut dari SLS, sehingga cenderung lebih aman dan lebih ramah untuk kulit sensitif.
Berbeda dengan SLS, ini Merupakan surfaktan yang lebih sederhana secara kimia dan dikenal msebagai agen pembusa yang efektif.
Namun, karena sifatnya yang cukup kuat, SLS sering dianggap lebih keras di kulit dan bisa menyebabkan iritasi pada kulit sensitif.
Kekuatan bahan ketika kena kulit
Nah, biasanya banyak orang yang menghindari kandungan SLS dan SLES ada produk sabun karena memiliki risiko membuat kulit teriritasi.
Kalau SLS biasanya lebih kuat dan lebih mungkin menyebabkan iritasi pada kulit, terutama jika digunakan pada kulit sensitif atau dalam konsentrasi tinggi.
Baca Juga: Cek Hoax Soal Kandungan Skincare: Alkohol, Paraben, dan SLS Berbahaya?
Sedangkan SLES, dianggap lebih lembut dan umumnya kurang menyebabkan iritasi, tetapi masih bisa menimbulkan iritasi pada beberapa orang, terutama yang memiliki kulit sangat sensitif atau jika digunakan terlalu sering.
Dipakai di produk perawatan
Kandungan SLES umumnya digunakan dalam sampo, sabun mandi, dan produk pembersih wajah yang ditujukan untuk kulit sensitif.
Namun, produk berbahan alami biasanya menghindari SLES karena meskipun lebih lembut, tetap dianggap berpotensi mengiritasi dan tidak alami.
Lalu pada SLS, biasanya digunakan pada produk pembersih dengan daya pembersih tinggi, tetapi semakin banyak produsen yang menghindari SLS untuk produk perawatan kulit karena potensi iritasinya.
Efek untuk lingkungan
Pada keberlangsungan lingkungan, keduanya bisa berdampak negatif pada lingkungan karena merupakan bahan kimia sintetis, tetapi dampaknya bisa berbeda tergantung proses manufaktur dan penggunaan.
Secara umum, SLES dianggap sebagai alternatif yang lebih lembut dibandingkan SLS, tetapi beberapa orang mungkin lebih memilih untuk menghindari keduanya jika memiliki kulit sangat sensitif atau mencari produk yang benar-benar alami.
Baca Juga: Rekomendasi Sabun Non SLS, Gak Bikin Kulit Kering Setelah Mandi!
(*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR