Salah satu brand tas lokal dengan desain yang unik adalah Kayt Studio.
Kayt Studio ini merupakan brand baru garapan anak muda yang menekankan pentingnya menghargai material serta proses dalam fashion.
Kayt didirikan pada awal 2024 oleh tiga sekawan bernama Ratu Lubis, Putu Adika Reswara, dan Azriel Nasution yang bertemu ketika berkuliah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Jenama baru garapan anak muda Indonesia ini memiliki nama yang terinspirasi dari Bahasa Arab, tepatnya dari sebuah frasa Arab “ruh al-khayt” (روح الخیط (yang berarti jiwa dari benang).
Makna dari nama yang dipilih tersebut juga direfleksikan dalam brand identity Kayt Studio dan produk-produk yang dikeluarkan.
Dalam hal ini, tiap rangkaian benang yang menjadi produk Kayt Studio memiliki ‘jiwa’ dan mengandung cerita, warisan keterampilan, dan komitmen terhadap keberlanjutan.
“Di Kayt Studio, kami menekankan pentingnya menghargai material serta proses yang terlibat dalam pembuatan fashion. Kami mendukung hubungan yang lebih dalam terhadap asal-usul dan dampak dari apa yang kita kenakan,” tutur co-founder Kayt Studio, Ratu Lubis.
Kampanye yang saat ini sedang disuarakan oleh Kayt Studio adalah Woven Rhythms, yang merujuk pada konsep menyatukan aliran dan pola kehidupan secara alami dengan keahlian dalam menciptakan sesuatu yang berwujud, seperti sepotong kain atau produk. Istilah ini menekankan kontinuitas, koneksi, dan kreasi sesuatu yang bermakna secara sengaja melalui tindakan sehari-hari.
Salah satu produknya adalah tas yang terbuat dari potongan kain denim yang tampak unik.
Diketahui material yang digunakan berasal dari celana-celana jeans atau denim daur ulang yang dikumpulkan dari berbagai sumber.
Hal ini guna mengurangi limbah tekstil sekaligus memberi kehidupan baru pada bahan yang masih layak digunakan.
Bahan yang dikumpulkan kemudian dipilah berdasarkan
kualitas dan warna, lalu dipotong sesuai desain sembari meminimalisir bagian yang terbuang sia-sia.
SPOTLIGHT Indonesia 2024, GEELA Hadirkan Koleksi Fashion Show Perdana Memadukan Budaya dan Modernitas
KOMENTAR