Menurut dr. Aldi, silikon cair yang disuntikkan ke dalam tubuh sulit untuk didegradasi.
“Berbeda dengan filler yang bahannya murni hyaluronic acid yang disuntikkan ke area hidung, bawah mata, ataupun dagu, itu biasanya akan terurai alami sekitar enam sampai delapan bulan," jelas dr. Aldi.
Apabila bentuknya tidak sesuai dengan keinginan, filler juga bisa dinetralkan sewaktu-waktu.
"Sedangkan kalau silikon cair tidak. Dan silikon cair ini sifatnya membaur dengan jaringan kulit, bisa menyebabkan gumpalan-gumpalan, serta dalam jangka panjang bisa merembet atau terjadi difusi kemana-mana," jelas dr. Aldi.
"Akhirnya ini bisa menyebabkan tampilan seperti bergelambir, kita bisa melihat orang-orang yang khas sekali bentuk hidung dan dagunya seperti nenek sihir. Itu akibat dari penggunaan silikon cair yang disuntikkan ke area wajah," lanjutnya.
Menurut laman resmi Food and Drugs Administration, suntik silikon memang bisa menyebabkan nyeri jangka panjang, infeksi, dan cedera serius.
Mulai dari jaringan parut dan cacat permanen, emboli (penyumbatan pembuluh darah), stroke, hingga yang paling parah adalah kematian.
Namun ironisnya, di Indonesia, prosedur suntik silikon banyak dilakukan oleh orang-orang tanpa keahlian yang tersertifikasi di bidang medis.
"Banyak sekali oknum-oknum di luar sana yang melakukan tindakan (suntik silikon) tersebut," jelas dr. Aldi.
Sementara prosedur kecantikan yang dilakukan secara medis di klinik dan oleh dokter yang terpercaya, dipastikan tak akan menyuntikkan silikon ke dalam tubuh.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR