Stylo Indonesia - Hai Stylovers, kali ini Stylo Indonesia kembali membagikan cerita terpilih pengalaman Pertama Kali Berhijab yang inspiratif dan seru.
Cerita Pertama Kali Berhijab kali ini datang dari Dian Novita Sari yang menempuh perjalanan panjang dan beberapa momen penuh arti, mulai dari kuliah di luar kota hingga mendapat kesadaran berhijab saat PKL.
Nah, kira-kira bagaimana cerita menarik nan inspiratif yang menemani proses berhijab dari Dian Novita Sari sejak Pertama Kali Berhijab?
Yuk, simak percakapan Stylo Indonesia dengan Dian Novita Sari berikut ini!
Bagaimana cerita pertama kali berhijab?
Dian: “Aku tumbuh di lingkungan yang mayoritas masyarakatnya berhijab dan dengan keluarga open minded. Dari SD sampai kuliah, aku memakai seragam muslim. Tapi lain lagi saat di luar sekolah. Aku kerap teguh dengan pendirian ‘enggak pakai hijab sebelum akhlaknya dibenerin dulu’. Keluarga aku tidak memaksa untuk memakai hijab jika aku memang tidak menyukainya.
Pada suatu ketika aku sempat mengalami konflik dengan teman sekelas yang bilang ‘Kamu tuh inget umur, masa udah segede ini masih belum berhijab sempurna!’ Kata-kata ini bukannya mendorongku untuk berhijab, namun semakin membuat aku tak mau seperti temanku. Aku berpikir jika memang ingin mengingatkan, tidak perlu sekeras itu.
Aku mulai bimbang ketika aku diterima kuliah ekstensi di luar pulau. Saat itu yang aku pikirkan adalah ‘apakah aku pakai hijab ya setibanya di sana? Karena pasti di sana kulturnya akan berbeda’. Aku bahkan bertanya pada Ibu mengenai kebimbangan ini. Ibu hanya menjawab, ‘Sekiranya kamu dan hatimu nyaman, maka ikuti saja yang baik menurut kamu’. Di tahap ini aku masih berada di fase lepas pasang hijab sambil masih mencari jati diri.
Hingga suatu saat, di akhir semester, aku dipertemukan dengan salah satu rekan saat PKL, yang setidaknya mengingatkan kembali hakikatku. Dia bilang ‘ sebenarnya, yang namanya hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Kalo mau nunggu, sampai kapan? Kita enggak tau sampai kapan berada di dunia’.
Kata-kata ini menohok dan langsung membuatku sadar. Belum lagi saat semester akhir aku menemui kesulitan hingga aku jatuh sakit. Sendiri, di perantauan. Hal yang pertama kali aku ingat adalah ‘gimana kalau aku mati sekarang, tapi aku belum jadi orang baik, belum berhijab juga, padahal aku bisa memulainya’
KOMENTAR