Stylo Indonesia - Stylovers, sudah pernah mendengar soal perbedaan self love dan toxic positivity sebelumnya?
Perbedaan self love dan toxic positivity menurut psikolog jadi menarik dicari tahu setelah beredar foto penyanyi Hollywood Lizzo yang dinilai kelewat self love karena tampilannya yang vulgar.
Tipisnya perbedaan self love dan toxic positivity membuat netizen bahkan mengecam tindakan self love yang menampilkan Lizzo dengan busana nyaris telanjang ini.
Yuk, simak penjelasan mengenai perbedaan self love dan toxic positivity menurut psikolog berikut ini!
Sebenarnya apakah yang dilakukan Lizzo ini termasuk self love, atau justru selfish, overconfidence, dan toxic positivity yang merupakan tindakan merugikan dirinya dan orang lain?
Stylo Indonesia berkesempatan mewawancarai Ayoe Sutomo, M.Psi., seorang psikolog bidang anak, remaja, dan keluarga.
Penasaran apa tanggapan psikolog Ayoe Sutomo mengenai tindakan yang dilakukan Lizzo?
Dan bagaimana cara membedakan self love, selfish, overconfidence dan toxic positivity?
Biar nggak penasaran, langsung aja yuk simak penjelasan dari psikolog Ayoe Sutomo, kali ini.
Menanggapi kontroversi penyanyi Hollywood Lizzo yang dinilai kelewat self love oleh netizen, Ayoe Sutomo, M.Psi., menyampaikan pendapatnya.
Menurut Ayoe Sutomo, Self love sendiri merupakan bentuk penghargaan dari diri kita untuk diri kita sendiri dalam bentuk tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis dan spiritual.
"Jadi tentang bagaimana kita menghargai diri kita sebagai manusia yang layak untuk dicintai dan dihormati," jelas psikolog Ayoe Sutomo saat diwawancarai oleh Stylo.
Ayoe Sutomo juga memberikan contoh dari bentuk implementasi self love di kehidupan sehari-hari seperti, tidak membandingkan diri dengan orang lain, bangga dengan hasil pencapaian diri, memberikan validasi terhadap diri sendiri, serta menerima kekurangan diri kita.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Tentang Self Love, Menjawab Seberapa Peduli Kamu dengan Kebahagiaanmu Sendiri!
Beralih ke kasus Lizzo, Ayoe Sutomo menegaskan bahwa seorang psikolog tidak bisa serta merta menilai menyebut seseorang melakukan self love atau sebaliknya.
"Karena nggak ngobrol, jadi psikolog itu nggak boleh kasih diagnosa kaya, wah dia itu nggak self love, dia itu overconfidence atau apa. Nggak tahu kan dalamnya dia seperti apa, cuma melihat tampilan luarnya saja, kita nggak bisa judging soal itu," ujarnya.
Meskipun begitu, psikolog Ayoe Sutomo akan menjelaskan lebih dalam mengenai perbedaan self love, selfish, overconfidence dan toxic positivity.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR