"Di akhir tahun 90-an, MAC membuat keputusan untuk membuat semua formula kami sesuai dengan standar global," kata Gregory Arlt, director of makeup artistry MAC Cosmetics.
"Jadi jika Anda berada di Jepang atau Jerman, dan Anda ingin membeli Russian Red, formulanya akan sama secara keseluruhan."
Dengan adanya reformulasi ini muncul sedikit perubahan pada tekstur, membuat Russian Red sedikit kurang matte dan sedikit lebih nyaman dipakai.
"Pelanggan komplain, mengatakan bahwa mereka justru lebih menyukai efek yang kering, matte," kenang Arlt, yang sudah bekerja untuk MAC sejak 1993.
"Jadi kami segera berlari kembali ke lab," katanya, dan MAC kembali ke formulasi asli Russian Red, dan tidak pernah mengubahnya lagi.
Baca Juga: Pilihan Lip Cream Merah yang Tahan Lama Untuk Pemilik Bibir Hitam di Bawah 100 Ribu
Namun, selama proses perumusan awal, versi baru Russian Red yang sedikit kurang matte ini justru menarik perhatian tim.
"Ketika pengembangan produk menunjukkan James Gager (Creative Director saat itu) dan Jennifer Balbier (senior vice president untuk pengembangan produk global) warna baru, mereka berdua seperti, 'Ya Tuhan, itu warna yang menakjubkan.' Dan begitulah cerita Ruby Woo lahir. Tim pengembangan produk benar-benar mencoba mencocokkannya dengan Russian Red. Itu adalah kombinasi pigmen yang sama, hanya dimasukkan ke dalam dasar formula yang berbeda," kata Arlt.
"Tapi warnanya sedikit lebih cerah dan lebih dinamis, dan itu menjadi warna yang berdiri sendiri."
Ketika Ruby Woo diluncurkan pada akhir tahun 90-an, ia merupakan bagian dari koleksi yang disebut Retro Matte Lipsticks, bersama dengan lima warna lainnya (yang telah berhenti diproduksi saat ini).
Ruby Woo, bagaimanapun, sukses dengan instan.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR