Stylo Indonesia - Sebagian besar fashion desainer tentu mengawali karir dengan menimba ilmu di sekolah fashion.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi seorang Yurita Puji yang justru mengawali karirnya tanpa menginjak sekolah fashion.
Lantas, bagaimana perjalanan karir seorang Yurita Puji yang kini sukses jadi fashion desainer dengan karyanya yang selalu menggunakan kain wastra Indonesia?
Baca Juga: ISEF 2020 Menghadirkan 164 Desainer dengan Total 720 Busana Selama Empat Hari!
Berikut kisah inspiratif dari Yurita Puji yang diwawancarai Stylo Indonesia baru-baru ini, simak yuk, Stylovers!
Bagaimana awal karir sebagai fashion desainer?
"Jadi aku dulu itu sekolahnya bukan desainer, aku dulu tuh IT, karena memang aku berasal dari keluarga yang konservatif banget jadi buat keluarga aku dulu pandangannya seni itu enggak menghasilkan gitu loh," ungkap Yurita Puji yang diwawancari Stylo Indonesia lewat Whatsapp, Kamis (05/11/20).
Yurita Puji berusaha membuat orang tua lebih tenang dengan menempuh jalur pendidikan formal.
Meski begitu, keinginan untuk jadi fashion desainer masih melekat di hati Yurita Puji yang memiliki hobi menggambar sejak Sekolah Dasar (SD).
"Kalau ketemu temen SD atau SMP pasti mereka ngingetin aku suka gambar, padahal dulu juga enggak nyadar ternyata mungkin itu bakat ya," kenangnya.
Akhirnya, Yurita Puji memutuskan untuk kursus desain di tengah kesibukkannya menimba ilmu hingga tingkat S2.
Pilihan untuk jadi fashion desainer akhirnya dilakukan Yurita Puji yang diawali dengan memberi jasa untuk menjahit ke orang terdekat.
"Awalnya buat ngomong saya sebagai fashion desainer tuh, kayak PD enggak PD karena kan aku sekolah formal," kata Yurita.
Namun seiring berjalannya waktu, Yurita Puji akhirnya merasa langkah tersebut jadi awal untuk melewati jalur karirnya sebagai fashion desainer.
Kenapa konsisten berkarya dengan kain wastra Indonesia?
"Sebenarnya awalnya enggak kain Indonesia, jadi aku bikin produk biasa lah terus akhirnya aku dikenalin sama orang yang ngelola tenun NTT dari brand Levico," jelasnya.
Brand Levico inilah yang dirasa sangat berjasa bagi karir Yurita Puji hingga akhirnya konsisten berkarya dengan kain Indonesia.
"Dan, aku juga punya link untuk setiap fashion show dan aku ajuin proposal pakai kain Indonesia ini dan so far tembus terus karena kan konsepnya ngembangin kain daerah," katanya.
Setelah tiga tahun berkarya dengan kain NTT, akhirnya Yurita Puji mendapat peluang untuk mengembangkan kain tradisional dari daerah lainnya di Indonesia.
"Jadi aku benar-benar ke pengrajin, bikin inovasi tentang tenun-tenunnya terus dijual di Jakarta dan bisa show juga ke luar negeri," jelas Yurita Puji.
Kini, Yurita Puji berhasil mengenalkan karya terbaiknya dengan menggunakan bahan tradisional khas Indonesia ke berbagai negara seperti New York, London, Milan dan Paris.
Rasa cinta terhadap kain tradisional juga dirasakan oleh Yurita Puji di sepanjang karirnya sebagai fashion desainer.
"Semakin kita kenal (kain Indonesia) itu jadi semakin menghargai, jadi semakin mengerti dampaknya bukan cuma ngomongin tentang kain atau desain yang aku buat tapi juga ke pemberdayaan perempuan, pengurangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan sosial di daerahnya itu juga meningkat," tutur Yurita.
Kesulitan dan tantangan selama berkarya sebagai fashion desainer?
"Kadang aku suka bermasalah sama beberapa pengrajin yang padahal sudah aku bikin pemberdayaannya dan konsepnya tapi mereka responnya kurang dan malah tidak konsisten," katanya.
Hal ini yang terkadang membuat Yurita Puji merasa sedih karena tidak ada timbal balik dari pengrajin padahal dirinya sudah promosi kain tersebut ke banyak klien.
Namun, ada juga beberapa daerah yang sukses dan berhasil untuk mengembangkan kain tradisional di daerah tersebut.
"Enggak semua sih, ada beberapa daerah yang berhasil sampe aku order seratus kain dan aku apresiasi banget, berarti mereka konsisten dan mereka tahu pemberdayaan ini enggak main-main," jelas Yurita Puji.
Hal itu pula yang membuat Yurita Puji semakin semangat untuk terus menggali kekayaan kain tradisional di berbagai daerah Indonesia.
Bahkan, dirinya sengaja untuk menandai setiap daerah di peta Indonesia sebagai motivasi untuk terus mengembangkan budaya Tanah Air dari setiap daerah.
Wah, bangga banget ya, Stylovers! (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Premiere Film Baru Bareng Suami, Marsha Timothy Tampil Anggun dengan Slit Dress Hian Tjen
KOMENTAR