Stylo Indonesia - Mie instan merupakan makanan yang selalu jadi favorit banyak orang.
Selain mudah didapat, mie instan juga murah dan mudah untuk mengolahnya.
Apalagi mie instan juga memiliki rasa gurih yang nikmat, dan cocok dinikmati setiap saat, apalagi saat musim hujan.
Namun, siapa sangka makan mie instan dengan telur setengah matang memiliki dampak negatif bagi tubuh, loh.
Adanya telur akan membuat rasa mie instan menjadi lebih mantap saat dikonsumsi.
Selain itu, telur juga kaya akan kandungan gizi layaknya protein, vitamin, mineral sehingga dianggap bisa menambah nutrisi dari mie instan yang memang sangat minim.
Sayangnya, ada beberapa resiko yang bisa kita dapatkan jika kita mengkonsumsi mie instan dan telur setengah matang.
Berikut dampak negatif dari memakan telur setengah matang bersama dengan mie instan.
Bahaya Makan Mie Instan dan Telur Setengah Matang
1. Adanya zat avidin
Pakar kesehatan menyebutkan bahwa telur setengah matang memiliki kandungan zat avidin yang sebenarnya ditujukan untuk melindungi nilai gizi dalam telur namun kurang baik bagi manusia.
Mengkonsumsinya bisa memicu gatal-gatal atau pembengkakan kulit.
Apakah anda mau alami itu semua pada tubuh?
Jika tidak,maka mulailah kurangi mengkonsumsi keduanya demi kesehatan anda.
2. Resiko adanya bakteri Salmonella
Telur setengah matang bisa jadi masih memiliki kandungan bakteri Salmonella yang hidup.
Jika kita sampai menelan bakteri ini, resiko terkena penyakit tifus akan meningkat dengan signifikan.
3. Adanya kandungan ovomucoid
Kandungan ovomucoid pada telur setengah matang bisa memicu gatal-gatal pada kulit hingga gangguan pernafasan.
Kandungan ini sangat tidak baik bagi anak-anak.
Baca Juga: Perbedaan Serum dan Ampoule, Mana yang Lebih Ampuh Mengatasi Masalah Kulit?
4. Adanya kandungan melamin
Kandungan melamin pada telur setengah matang ini diduga berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ayam petelur.
Jika sampai tidak dimasak sampai matang, kandungan ini akan masuk ke dalam tubuh dan membahayakan organ ginjal.
Untuk menghindari hal ini, kamu bisa memasak telur tersebut hingga matang.
Selain itu, ada baiknya kita tidak terlalu sering mengonsumsi mie instan.
Hati-hati Konsumsi Mi Instan
Kasus malnutrisi karena mi instan banyak terjadi di negara berkembang seperti Filipina, Indonesia, dan Malaysia.
Standar kehidupan yang meningkat justru membuat para orang tua yang bekerja tidak memiliki waktu, uang, dan kesadaran dalam mengurus makanan anak-anak mereka.
Dari ketiga negara tersebut, rata-rata 40 % balita mengalami kekurangan gizi. Berdasarkan data UNICEF, jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan secara global, yakni satu dari tiga orang.
Pakar kesehatan masyarakat di Indonesia Hasbullah Thabrany menyatakan, orang tua percaya bahwa mengisi perut anak-anak mereka adalah yang terpenting, tanpa memperhatikan asupan protein, kalsium, dan serat.
UNICEF menyebut bahwa kasus ini terjadi karena adanya masalah di masa lalu dan prediksi kemiskinan yang berpotensi terjadi di masa depan.
Sementara kekurangan zat besi dapat menghambat anak untuk belajar dan juga bisa meningkatkan risiko kematian ibu selama hamil atau setelah melahirkan.
Baca Juga: Simak Perbedaan Skincare Hydrating dan Moisturizing, Cara Kerjanya Tak Sama!
Berdasarkan data UNICEF tahun lalu, 24,4 juta balita Indonesia, 11 juta balita Filipina, dan 2,6 juta balita Malaysia mengalami kekurangan gizi.
Pakar nutrisi Asia UNICEF, Mueni Mutunga menelusuri kembali tren keluarga yang meninggalkan makanan tradisional dan kemudian mengonsumsi makanan modern karena dianggap lebih terjangkau dan mudah disajikan.
Meski harga mi murah, makanan ini mengandung kadar nutrisi yang rendah, serta lemak dan garam yang tinggi. (*) Justina Stylo.
Artikel Telah Ditayangkan Di Tribunstyle.com Dengan Judul,Sering Jadi Favorit, Ternyata Makan Mie Instan Plus Telur Setengah Matang Punya 4 Bahaya Tersembunyi
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR