Stylo.ID - Muncul tudingan adanya komersialiasasi pada tes virus corona atau Covid-19 dengan cara rapid maupun swab test.
Tingginya biaya yang dipatok untuk menjalani tes tersebut di rumah sakit non rujukan telah menelan korban di masyarakat.
Dilansir dari Kompas.com, seorang ibu di Makassar, Sulawesi Selatan, dikabarkan telah kehilangan anaknya yang masih berada di dalam kandungan karena tak mampu membayar biaya swab test sebesar Rp 2,4 juta.
Padahal, kondisinya saat itu membutuhkan tindakan cepat untuk dilakukan operasi kehamilan.
Pengamat kebijakan publik mendorong pemerintah untuk menggratiskan biaya tes virus corona.
Kalaupun tidak memungkinkan, pemerintah dinilai perlu melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap harga tes Covid-19 sehingga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Asosiasi Rumah Sakit Swasta menjelaskan bahwa adanya biaya tes virus corona karena pihak RS harus membeli alat uji dan reagen sendiri, dan membayar tenaga kesehatan yang terlibat dalam uji tersebut.
Biaya rapid test mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 500.000, sedangkan untuk swab test (alat PCR) antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta, belum termasuk biaya-biaya lain.
Baca Juga: Kenali 7 Warna Darah Menstruasimu, Waspada Bisa Pertanda Terkena Infeksi Rahim!
Masa berlaku rapid test hanya tiga hari dan swab test tujuh hari. Setelah itu, hasil tes sudah tidak berlaku dan harus tes ulang.
Kementerian Kesehatan meminta seluruh masyarakat, terutama kelompok rentan yang positif corona berdasarkan hasil tes dan membutuhkan layanan kesehatan darurat, agar langsung berobat ke rumah sakit rujukan pemerintah Covid-19 supaya semua biaya ditanggung oleh pemerintah.
Dengan demikian, diharapkan kasus yang terjadi di Makasar tidak terulang kembali
"Kehilangan anak" dalam kandungan
Seorang ibu hamil bernama Ervina Yana di Makassar, Sulawesi Selatan, kehilangan bayinya di dalam kandungan saat akan dilahirkan.
Penyebabnya adalah tindakan operasi kelahiran yang terlambat akibat dia harus menjalani proses pemeriksaan Covid-19.
"Ibu Ervina ditolak tiga rumah sakit karena biaya rapid dan swab test-nya tidak ada yang menanggung, sehingga di RS terakhir anak dalam kandungannya meninggal," kata pendamping Ervina dan juga aktivis perempuan, Alita Karen, Rabu (17/6/2020).
Ceritanya, kata Alita, bermula pada beberapa hari lalu ketika Ervina mengalami kontraksi dan sakit di perutnya.
Ervina yang merupakan peserta BPJS penerima bantuan iuran (PBI) dan rutin melakukan pemeriksaan di puskesmas memutuskan operasi kehamilan ke sebuah rumah sakit swasta.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR