Amsterdam memang menjadi kota wisata populer dengan hiburan seks, narkoba dan pesta-pesta yang terjadi di kota.
Tetapi selama bertahun-tahun, seperti di Venesia dan Barcelona, banjir pengunjung telah membanjiri kehidupan lokal dari pemabuk atau pengincar pelacur.
Situasi di kota yang penuh wisatawan menikmati kota malahan membuat warga lokal kehilangan kenyamanan. Beberapa warga ada yang menempelkan foto diri mereka di jendela mereka dengan tanda yang bertuliskan, "Aku Tinggal Di Sini."
"Mobil polisi harus melewati beberapa kali sehari di sini untuk membersihkan kekacauan," kata Paul, 52 tahun yang telah tinggal di salah satu dari banyak gang di Red Light District selama 16 tahun.
Seorang konsultan wiraswasta yang ingin memberikan nama belakangnya, Paul mengatakan dia muak dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang buang air kecil atau muntah melalui pintunya.
Dia ingin pemerintah setempat menutup jendela prostitusi dan kedai kopi, dan membawa kembali pengecer lokal. "Mereka harus memberikan kembali daerah ini kepada warga, " katanya.
Pihak berwenang setempat telah mendiskusikan dan menerapkan banyak ide selama bertahun-tahun, seperti pembatasan sewa turis dan larangan toko yang melayani mereka.
Dewan bahkan telah mencoba membeli pemilik rumah bordil untuk membuat mereka pindah.
"Titik kritisnya sekitar tahun 2014," kata Geerte Udo, CEO Amsterdam & Partners, agen branding kota.
Baca Juga: 5 Hal Tak Terduga yang Bisa Menaikkan Gairah Seks Perempuan, Pria Wajib Tahu!
“Semua orang mulai menyadari bahwa lebih banyak tidak selalu lebih baik. Melayani ekonomi wisata telah menjadi satu-satunya tujuan dari lokasi yang paling ramai.
Sebaliknya, rumah bordil yang tumbuh subur tidak ingin pergi.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR