Ciri khas dalam mendesain itu pun bisa dilihat dari masing-masing desainer/brand yang berhasil terpilih.
Dimulai dari Hannie Hananto yang sudah berkecimplung di industri modest fashion sejak 2003.
Selama ini, Hannie Hananto telah mewarnai busana modest Indonesia dengan gaya nyentrik dalam setiap busana yang dihadirkannya.
Oleh karena itu, Hannie dinilai bisa mewakili genre pop Indonesia untuk bersaing di pasar global.
“Saya akan menghadirkan yang beda. Biasanya pakai warna beriak di setiap koleksi. Kalau di Eropa, warna yang saya pilih akan lebih calm. Karena, orang Eropa suka warna monokrom. Jadi, saya menahan diri untuk tidak memakai warna yang biasanya. Saya juga akan menghadirkan koleksi dengan tema Anggrek. Indonesia pemilik bunga Anggrek terbesar di Asia, itu yang menjadi inspirasi saya,” jelas Hannie dalam rangkaian acara Matahari Female Week pada 7 Desember 2019 di Cilandak Town Square.
Tak hanya Hannie yang sudah mempersiapkan dirinya untuk berjuang, Neera Alatas juga telah mempersiapkan koleksi terbaiknya untuk dibawa ke Amsterdam Modest Fashion Week mendatang.
Dengan mengambil tema Embun, desainer yang sudah berkarya sejak 2005 ini, akan membawakan busana couture dengan gaya evening dress.
“Saya ingin menunjukkan kalau dress itu enggak hanya abaya, ada gaya lain yang bisa dipakai untuk ke pesta. Saya akan membawa evening dress dengan nuansa feminine romantic yang dihiasi dengan warna-warna pastel,” jelas Neela.
Hannie dan Neela memang terbilang sudah berpengalaman di dunia modest fashion Tanah Air.
Namun, ModestFFFund tetap pengin memberi kesempatan bagi desainer/brand baru untuk menjajal pasar global juga, yakni dengan memilih WAD Studio dan Lukuk Marla.
KOMENTAR