Stylo.ID – Berpendidikan dan memiliki sejuta cita-cita merupakan kesan pertama yang begitu kental terasa ketika kita bertemu seorang Echi Pramitasari.
Dengan segala keterbatasan, Echi terus melaju menjadi sosok muda sukses yang patut diapresiasi perjuangannya.
Begitu kagum rasanya Styloteam mendengar setiap jengkal demi jengkal perjalanan cerita Echi hingga di posisi sekarang ini.
Lahir di Tanjung Karang Bandar Lampung pada tanggal 17 juni, saat ini Echi sedang menyelesaikan kuliahnya di Universitas Mercu Buana jurusan Ekonomi dan Bisnis.
Selain itu, Echi juga bekerja sebgai staff di KOMINFO untuk satuan kerja badan penelitian dan pengembangan SDM.
Echi masih menyempatkan diri mengajar TIK untuk masyarakat, teman-teman disabilitas dan menghadiri undangan di beberapa acara sebagai pembicara dan sosok inspiratif yang berkaitan dengan disabilitas
Dari sudut meja redaksi Stylo Indonesia, Livi Stylo mendengarkan kisah #InspirasiCantik yang sekali lagi layak untuk didengar dan bahkan dibagikan kepada khalayak soal kehebatan Echi Pramitasari yaitu model penyandang disabilitas untuk meraih mimpinya.
Semua baik-baik saja Sampai Kondisi Mati Rasa Itu Tiba...
Tak pernah terpikirkan di benak Echi suatu hari akan menjadi seorang disabilitas dari seseorang yang terlahir normal.
Echi lahir dengan normal hingga suatu hari saat kelas 3 SMA di usianya yang 17 tahun mengalami kecelakaan saat menaiki sepeda motor di Bandar Lampung, kota kelahirannya.
Echi pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Swasta yang kemudian dirinya dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif karena mengalami cidera di bagian tukang belakang.
Oleh dokter, Echi didiagnosis mengalami Paraglepia yang mengakibatkan dua alat geraknya yaitu bagian kakinya mengalami hambatan. Dari cedera itu kaki Echi tidak dapat digerakan lagi. Echi pun mengaku mengalami mati rasa di sekujur kakinya.
Kini terdapat cincin yang dipasang di tulang punggungnya yang tertanam seumur hidup untuk menopang alat geraknya. Echi pun terpaksa harus menggunakan kursi roda untuk membantunya bergerak dan beraktivitas.
Diselimuti Kesedihan Seperti Hilang dan Tidak Ada Harapan
Selepas kecelakaan dan menjalani pengobatan sebulan lamanya di RSCM, Echi memutuskan kembali melanjutkan pendidikannya di sekolah.
Kesedihan yang teramat sangat mulai dirasakan Echi karena ia tidak memiliki aktivitas di rumah maupun di luar rumah.
“Aku harus menjalani penyembuhan bertahap, bahkan untuk rebahan saja di tempat tidur aku harus dibantu. Untuk melakukan sesuatu aku tidak bisa sendirian karena membutuhkan bantuan dari orang lain,” kenang Echi saat itu.
Tak berhenti di perasaan kalut yang kian membesar, batin Echi pun menjerit karena sikap putus asa yang perlahan mulai menyelimuti hatinya.
“Aku sempat berada di titik bertanya ‘apakah aku sudah tidak bermanfaat lagi bagi orang lain, karena aku harus selalu bergantung kepada orang lain, lalu bagaimana jika mereka nanti tidak ada lagi untuk aku sedangkan hidupku sebagian dihabiskan di tempat tidur,” cerita Echi penuh haru kepada Livi Stylo.
Baca Juga: Maisty Akhdaniyah: Pulasan Kreasi Makeup Penuh Cinta dari Kursi Roda #InspirasiCantik
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR