Brand Skin Food Asal Korea Dikabarkan Bangkrut dan Akan Tutup?

By Ristiani Theresa, Senin, 22 Oktober 2018 | 20:48 WIB
Pencinta brand Skin Food wajib tahu! (theinvestor.co.kr)

Stylo.ID - Brand skincare Skin Food asal Korea merupakan salah satu brand yang populer di kalangan beauty junkies, terutama di Indonesia.

Beberapa produk yang diproduksi oleh brand Skin Food laris manis di pasaran.

Tak heran deh jika pada tahun 2010 brand Skin Food menjadi salah satu dari tiga brand kecantikan, yang menduduki peringkat teratas dengan penjualan produk mencapai 2 jutaan lebih perbulannya.

Rumor brand Skin Food yang bangkrut (theinvestor.co.kr)

Namun, sejak tahun 2014 brand Skin Food rupanya telah mengalami permasalahan keuangan, sehingga perusahaan kosmetik Korea Selatan itu mengajukan kurator pengadilan setelah meningkatkan kerugian finansial.

Baca Juga : 4 Rekomendasi Face Mist dari Bahan Alami dengan Harga di Bawah 200 Ribu Rupiah!

Diketahui penjualan perusahaan turun 25 persen dari 169 miliar won menjadi 126,9 won pada tahun 2017, seperti yang dilansir dari theinvestor.co.kr.

"Kami mengalami kesulitan sementara dalam mengamankan likuiditas karena utang yang berlebihan. Kami mencari restrukturisasi pengadilan karena kami pikir menyelesaikan utang dan segera menormalkan manajemen akan menguntungkan semua orang, termasuk kreditur." jelas seorang juru bicara perusahaan Skin Food

Hal itu tentunya berdampak pada pengiriman pasokan produk ke toko Skin Food yang tersebar di seluruh wilayah di Korea.

"Sudah cukup lama, mungkin lebih dari setengah tahun, sejak kami terakhir menerima pasokan," pemilik waralaba Skinfood mengatakan kepada The Investor pada 2 Juli.

Baca Juga : Rekomendasi Produk Masker Korea yang Buat Kulit Wajah Lebih Cerah

Barang-barang populer seperti Choco Eyebrow Powder Cake dan Peach Cotton Pore Sun Pact kehabisan stok.

Choco Eyebrow Powder Cake dan Peach Cotton Pore Sun Pact (beautysesh.com , theskinfood.us)

"Hari ini, markas besar Skin Food mengirimi kami pernyataan resmi yang mengatakan bahwa mereka akan memasok produk kepada kami secepat mungkin."

Terkait dengan hal itu, menurut sebuah laporan di The Korea Herald, para waralaba dari Skin Food akhirnya berjuang secara finansial mengajukan gugatan untuk mencari kompensasi dari perusahaan.

Brand Skin Food tersangkut permasalahan keuangan (amisheel.mn)

Empat pemilik waralaba Skin Food meminta pengadilan agar Skin Food memberi kompensasi kepada pewaralaba, dengan alasan manajemen yang buruk oleh CEO Skin Food Cho Yoon-ho.

Baca Juga : 5 Online Shop Terkenal yang Jual Baju Murah dan Bagus di Instagram

"Saya tidak ingin melihat merek yang bagus seperti Skin Food akan bangkrut, tetapi CEO Yoon harus tetap keluar dari bisnis," ungkap salah satu pemilik toko Skin Food yang mengajukan gugatan seperti yang dilansir dari koreaherald.com.

Pemilik toko juga mengatakan bahwa CEO Yoon berusaha menghindari pertemuan dengan pewaralaba, dan berpura-pura belum tahu tentang penundaan pembayaran komisi penjualan selama beberapa bulan ke sekitar 400 toko Skin Food.

“Meskipun perusahaan memutuskan untuk mencari kurator pengadilan, ada toko-toko Skin Food yang dioperasikan di dalam department store atau pusat perbelanjaan yang tidak bisa ditutup begitu saja (karena perjanjian sewa). Itu sudah menjadi tanggung jawab kami semua, ”ungkap salah seorang penggugat.

Perusahaan Skin Food mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mencari cara untuk menyelesaikan krisis ini dengan pewaralaba dengan melakukan diskusi melalui agen dan konsultan.

Baca Juga : 5 Online Shop Terkenal yang Jual Baju Murah dan Bagus di Instagram

“Karena bisnis kami di Korea menjadi sulit karena persaingan, kami melihat masa depan kami berada di pasar seperti AS dan China. Kami juga berencana untuk memperluas ke negara-negara Asia Tenggara,” kata juru bicara Skin Food.

Maka, perusahaan ini mulai menjual produknya di AS melalui toko kosmetik Ulta Beauty dari tahun 2016.

Nah, kabar terbaru dari perkembangan kasus ini rupanya Skin Food tetap fokus untuk memperbaiki struktur keuangan dan juga fokus pada produksi produk sehingga dapat segera dipasarakan kembali.

"Karena kami telah mengkonfirmasi melalui berbagai rute tuntutan dari para pewaralaba dan konsumen kami untuk melanjutkan produksi, kami akan fokus pada normalisasi struktur keuangan dan pasokan produk kami sesegera mungkin," kata seorang pejabat perusahaan. (*)