Ralph Lauren juga sempat divonis menderita tumor otak jinak, namun akhirnya sembuh setelah melakukan operasi pada bulan April 1987.
Lauren kemudian resmi mencabut kata Polo dari nama merek dagangnya pada tahun 2011, untuk membedakan diri dari kemeja polo yang kini telah jadi pakaian pria secara umum dan mulai diproduksi dari berbagai brand lain.
#Kebanggaan Amerika

Bagi banyak orang, desain Lauren melambangkan gaya hidup Amerika, begitupun sebaliknya.
"Ketika saya memulai, semua orang di dunia mode tampaknya melihat ke kiblat fashion Eropa. Namun saya, selalu terinspirasi oleh Amerika," ujarnya dikutip dari laman glamour.com.
"Saya menyukai gaya preppy ala East Coast, jeans ala koboi, seni budaya Amerika, keglamoran Hollywood, dan kekayaan budaya dari karya tangan penduduk asli Amerika," lanjutnya lagi.
Pada tahun 1993, Lauren mengenalkan lini busana Polo Sportnya dengan sweater berlogo bendera Amerika.
Busananya pun dipakai oleh supermodel Cindy Crawford pada sampul majalah Elle tahun 1994, yang menjadikan namanya dikenal banyak orang.
Ia selalu konsisten menjadikan Amerika sebagai ide pokok rancangannya. Bahkan pada koleksinya untuk musim semi 2018 pun, ia memakai rentang warna merah, hitam dan biru khas Amerika.
Baca Juga : Yelly Lumentu, Desainer Pecinta Seni yang Meredefinisi Monokrom
"Saya tidak pernah mendesain untuk mempromosikan pesan politik. Saya bangga sebagai orang Amerika dan desainer Amerika. Meski beberapa hal telah berubah pada dunia fashion, rasanya passion yang ada di dalam diri desainer tidak pernah berubah," tegasnya.
Stylovers, nggak heran ya sosok Ralph Lauren begitu diidolakan banyak orang.
Perjalanannya sebagai seorang desainer dan businessman yang nggak mulus, selalu menginspirasi orang sekitarnya untuk terus berusaha dan mengejar mimpinya.
Satu hal yang akan selalu diingat dari diri Ralph Lauren adalah ia terus menjaga orisinalitasnya dan selalu jadi diri sendiri. (*)