Memahami Kisah Penenun dengan Mengenal Tenun Torajamelo di Asian Textiles Exhibition

By Grace Kencana Pranata, Sabtu, 11 Agustus 2018 | 16:22 WIB
Memahami Kisah Penenun dengan Mengenal Tenun Torajamelo (Stylo.ID/Grace Kencana Pranata)

Stylo.ID – Perhelatan Asian Textiles Exhibition yang dilaksanakan di Museum Tekstil Jakarta tidak hanya menampilkan ragam kain dari negara Asia, namun turut menghadirkan keelokan tenun koleksi TORAJAMELO.

Kamu bisa menikmati karya tenun perempuan pedesaan dari Toraja dan Mamasa, Sulawesi, Adonara, Lembata, dan Nusa Tenggara Timur mulai dari 9 Agustus 2018 – 9 September 2018.

Nggak hanya melihat pakaian, aksesori, tas, dan sepatu dengan tenun yang sudah dimodifikasi, kamu juga bisa belanja tenun asli Indonesia ini, loh.

Dari kiri ke kanan: Ananda Moersid, Nani Zulminarni, Dinny Jusuf, Adisti (Stylo.ID/Grace Kencana Pranata)

(BACA JUGA: Suka Tampil Natural, 5 Rekomendasi Lipstik Nude Brand Lokal di Bawah 100 Ribu Rupiah Ini Bisa Kamu Coba)

Warna-warni kain tenun nusantara yang ditampilkan melalui pameran ini menyimpan banyak kisah yang menggetarkan hati.

Dinny Jusuf, selaku pendiri TORAJAMELO, brand awalnya hanya menjual kain tenun dari kampung halaman suaminya di Toraja, Sulawesi Selatan ini, membagikan cerita kemiskinan yang erat kaitannya dengan kekerasan yang dialami perempuan di sana dalam talkshow TORAJAMELO (10/08/2018).

Sebagian besar wanita penenun merupakan korban kekerasan rumah tangga, diabaikan di lingkungan sosial, kehilangan suami akibat kekerasan konflik tahun 1998-2000.

Begitu juga mereka yang bernasib kurang beruntung setelah diiming-imingi pendapatan besar jika menjadi TKI di luar negeri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Cerita kemiskinan yang erat kaitannya dengan kekerasan yang dialami perempuan, yang dibahas dalam ta (Instagram.com/TORAJAMELO)

(BACA JUGA: Lulu Elhasbu, Influencer yang Awalnya Ngerasa Asing Berhijab)

Gaji tidak didapat, pulang dengan tangan kosong dan menjadi korban kekerasan di tempat bekerja.

Dari situlah, produksi kain tenun ditingkatkan dari segala aspek tidak hanya sekedar menggerakan roda perekonomian.

Pembinaan bagi para penenun dilakukan untuk membangun kepercayaan diri, diajarkan otoritas hidup, karena di sebagian daerah ada muncul stigma tertentu kepada seorang janda, menurut Nina Zulminarni, pemimpin organisasi PEKKA, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga.

Usaha Dinny mempromosikan kain tenun TORAJAMELO memang tidak mudah. Panggilan hati untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan di daerah pelosok memiliki tantangannya sendiri bagi mantan banker di bank swasta ini.

Dinny Jusuf, Founder Torajamelo (Stylo.ID/Grace Kencana Pranata)

(BACA JUGA: 3 Motif Busana Tak Lekang Waktu yang Wajib Ada di Dalam Lemari Agar Penampilanmu Selalu Stylish)

Persoalan menghadapi para tengkulak yang merasa tersaingi, penenun senior yang tidak mau mengajarkan teknik tenun tertentu kepada perempuan di luar garis keturunannya, dikhianati salah satu pihak ketika merintis usaha TORAJAMELO, dihadapi Dinny dan tim yang selalu memutar otak untuk menyeimbangkan antara kegiatan usaha sosial kain tenun dengan keuntungan yang diterima.

Suksesnya penjualan produksi kain tenun di Toraja, sejak tahun 2013 pembinaan penenun perempuan merambah ke Mamasa, Sulawesi Barat. Di tahun 2014, TORAJAMELO bekerja sama dengan PEKKA dan memperluas daerah kerja di pulau Adonara dan Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Tidak ada komando khusus untuk penenun memproduksi kain sesuai permintaan pelanggan. Mereka diajarkan pengetahuan warna-warni yang asalnya dari alam, kemudian dituangkan ide kreativitas mereka menjadi sebuah kain tenun yang berdaya jual tinggi.

(BACA JUGA:  Hepi David, Make Up Artist yang Terbuka dan Santai Hadapi Persaingan)

Sehingga setiap warna-warni kain tenun terpancar emosi yang dibangun oleh para penenun dan selalu berbeda setiap penenun yang membuatnya.

Pengembangan inovasi desain pakaian, aksesoris, dan produk cinderamata berfokus pada desain yang modis, fungsional dan berkualitas tinggi sehingga dapat dipasarkan di Indonesia maupun mancanegara.

Regenerasi penenun muda tentunya penting selain untuk keberlangsungan ekonomi juga sebagai warisan bangsa. Mulai dari meyakinkan generasi muda bahwa memiliki keahlian menenun merupakan hal yang membanggakan sekaligus pekerjaan seni yang menjanjikan dan membuka kelas tenun yang tim pengajar berasal dari penenun senior.

(BACA JUGA: #SOTD Gaya Serba Hitam Edgy ala Dian Ayu Lestari)

Saat ini penenun muda sudah mulai mendominasi di kalangan penenun yang dibina PEKKA dan TORAJAMELO. Mereka bangga akan kemampuan menenun dan kasus tergiur menjadi TKI perlahan-lahan berkurang.(*)