Stylo Indonesia - Kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada jaringan di payudara tumbuh secara tidak terkendali dan mengambil alih jaringan payudara yang sehat dan sekitarnya.
Kanker payudara bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus) atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara.
Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat dalam payudara.
Kanker payudara juga punya tingkatan, yaitu stadium 0,1,2,3, dan 4.
Namun sayangnya, fakta menunjukkan kalau banyak pasien kanker payudara yang baru tahu kalau dia memiliki kanker setelah memasuki stadium 3!
Padahal kita selalu diajarkan untuk bisa SADARI alias perikSA payuDAra sendiRI.
Melansir laman rsia.acehprov.go.id, periksa payudara sendiri jadi cara paling sederhana mendeteksi kanker payudara sedini mungkin.
Cara Mendeteksi
Masih melansir laman yang sama, melakukan SADARI bisa beberapa cara, salah satnya dengan sambil bercermin.
Jadi kita melepas semua pakaian bagian atas lalu diri di depan cermin dengan kedua tangan ada di sampaing.
Lalu amati apakah ada perubahan bentuk, ukuran, atau posisi simetris dari kedua payudara kita.
Cek juga apakah ada lekukan, bentuk puting yang aneh seperti masuk ke dalam, ada kerutan, hingga apakah ada benjolan di payudara.
Selanjutnya kita coba raba payudara dengan mengangkat salah satu tangan ke atas bagian payudara yang meu diperiksa.
Sementara tangan satunya lagi meraba seluruh bagian payudara dan menilai hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya tadi.
Banyak yang telat mendeteksi kanker payudara
Melansir dari press release, dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, salah satu dokter ahli dari MRCCC Siloam yang menjadi panelis dan pembicara di Asia Pacific Breast Cancer Summit (APBCS) 2024, yang mengangkat topik “Standards of Care in Early TNBC (Triple-negative breast cancer)” atau standar perawatan pada kanker payudara triple-negative, mengungkapkan fakta akan hal ini.
"Di Indonesia, Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sebesar 70% pasien kanker payudara telah memasuki stadium 3 saat terdeteksi.
Padahal, prognosis kemungkinan hidup pasien kanker payudara rata-rata dalam 5 tahun bisa mencapai 90-95% pada Stadium 1, 70-75% Stadium 2, serta 10-25% Stadium 3 dan 4.
Meskipun prevalensinya tinggi, deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini secara signifikan.
Tingginya angka prevalensi kanker payudara menunjukkan pentingnya deteksi dini, baik secara mandiri maupun medis," jelas dr. Jeffry.
Untuk itu, Ajang Pertemuan Dokter Ahli Kanker Payudara Se-Asia Pacific 2024 yang mulai pada 1-3 Maret 2024 di Nusa Dua Convention Centre, Bali, ini penting banget karena ada temuan kasus langka hingga metode baru yang bisa bermanfaat bagi penanganan kanker payudara kedepannya.
dr. Jeffry mengatakan, "Di APBCS 2024 ini, kami membicarakan sekaligus berdiskusi dengan para peserta forum para dokter ahli dari Asia Pacific, mengenai standar perawatan pada kanker payudara triple-negative, mulai dari kasus-kasus menantang dalam penyakit kanker payudara HER2-positif (misalnya perubahan status reseptor dari penyakit preop ke penyakit residu, Brain Mets, dan lain-lain), kasus-kasus TNBC yang paling sering ditemui di Indonesia, hingga permasalahan yang menantang dalam kasus kanker payudara HR+ve.”
Semoga kedepannya penanganan dan penyembuhan kanker payudara bisa meningkat dan makin berkualitas yaa, Stylovers.
Sementara itu kita juga harus selalu melakukan SADARI yaa biar enggak jadi anggota baru dari 70% pasien kanker payudara di Indonesia yang baru terdeteksi ketika sudah stadium 3 yaa!
(*)