Mengintip Sejarah Waruga, Makam Kuno Orang Minahasa yang Terbuat dari Batu

By Dinda Tiara Alfianti, Senin, 22 Mei 2023 | 14:25 WIB
Waruga, makam orang Minahasa (Dinda Stylo)

Stylo Indonesia - Stylovers, pernah melihat Waruga?Waruga adalah bentuk makam kuno orang Minahasa yang terbuat dari dua tumpukan batu.Biasanya batu yang di bawah berbentuk kotak dan di atasnya ada batu berbentuk segitiga.Saat liputan Stylo Indonesia UKM Heritage, Dinda Stylo berkesempatan mengunjungi salah satu lokasi yang terdapat Waruga di desa Warembungan, Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara."Waruga artinya tempat peleburan, wadah yg keras menjadi tempat peleburan," ungkap Tonaas Rinto Taroreh, Tetua Adat yang diwawancarai Stylo Indonesia, beberapa waktu lalu.

Tonaas Rinto Taroreh (Dinda Stylo)
Tonaas Rinto Taroreh juga menjelaskan bagaimana ciri-ciri waruga tersebut."Waruga dibuat dengan berbagai ukuran dari besar kecil. Ciri utamanya ada wadah, orang di dalamnya diletakan seperti bayi di dalam kandungan (membungkuk)karena masyarakat percaya bahwa tidak ada kematian yang ada bentuk kehidupan selanjutnya," tuturnya.Selain itu, biasanya ukuran Waruga juga menandakan status sosial seseorang di dalamnya.Pada bagian atap Waruga juga biasanya terdapat ukiran yang menandakan bagaimana sosok jenazah di masa kehidupannya terdahulu.

Baca Juga: Sensasi Makan Seafood Ternikmat di Raja Oci Manado, Wajib Mampir!

 

"Seperti waruga yang satu ini, ini adalah pemimpin adat yang digambarkan dengan simbol seseorang yang memegang kepala karena dulu beliau adalah pemenang dan pelindung negara," kata Tonaas Rinto Taroreh.

Ukiran di atap Waruga (Dinda Stylo)
Penggunaan makam dengan sistem Waruga ini masih dipakai masyarakat Minahasa dan sekitarnya sampai era kolonial Belanda.Namun, pemakaman dengan cara Waruga ini mulai dilarang pemerintah kolonial Belanda saat wabah pes, tifus dan kolera meluas beberapa waktu silam.Sekarang ini, kompleks pemakaman Waruga menjadi situs peninggalan bersejarah di Minahasa.Ada sekitar 370 waruga, 15 di antaranya di Rap-Rap, 211 di Airmadidi Bawah, dan 144 di Sawangan. Kompleks tesebut sempat direnovasi atau dipugar oleh pemerintah pada 1977 dan dijadikan sebagai pusat wisata dan edukasi. Pada 1995, situs tersebut ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, tetapi ditarik kembali pada 2015.

Waruga kini jadi salah satu wisata sejarah di Minahasa (Dinda Stylo)
Untuk melestarikan adat, Tonaas Rinto Taroreh juga membuat sekolah adat kompleks Waruga tersebut."Kita juga mendirikan sekolah adat agar adat Minahasa tidak punah, siswa di sini mulai dari usaia 15 tahun, sampai sekarang sudah ada 100 siswanya," katanya.Di sekolah adat tersebut para siswa diajakarkan semua hal tentang Minahasa mulai dari sejarah hingga kesenian yang patut dilestarikan.

Sekolah adat di dekat Waruga (Dinda Stylo)

(*)