Ketika produksi kortisol yang dipicu oleh stres meningkat, hal itu meningkatkan produksi sebum sebagai bagian dari respons kekebalan alami kulit.
p.acnes, bakteri yang dapat menyebabkan jerawat, memakan sebum ini dan karenanya mengkatalisasi respons sistem kekebalan.
Sel darah putih yang terburu-buru membantu dapat merusak dinding folikel, melepaskan isinya dan menyebabkan jerawat yang meradang.
“Jerawat adalah produk sampingan dari banyak kejadian, yang disebabkan oleh pemicu hormonal, gesekan dari peralatan/pakaian atletik, masker pelindung (maskne), produk perawatan kulit yang terlalu banyak atau terlalu keras, atau makanan tertentu yang memiliki indeks glikemik tinggi,” tegas Dr. Gohara, dilansir dari vogue.in.
“Jika seseorang umumnya tidak berjerawat, tetapi kemudian 'tiba-tiba' mulai melihat jerawat setelah peristiwa yang membuat stres, kurang tidur, situasi kerja atau sekolah yang intens, drama hubungan, yang biasanya stres jerawat.
Jerawat haid, atau jerawat lainnya yang lebih konsisten biasanya tidak terkait dengan stres, ” tambah Dr Gohara.
Jerawat stres biasanya akan muncul di area wajah yang paling berminyak, seperti dahi, hidung, dan dagu.
Zona-T mungkin terlihat lebih berminyak dan lebih padat juga.
Dokter mengatakan bahwa jika Stylovers mendapatkan kumpulan jerawat sekaligus, stres bisa menjadi faktornya.
Jerawat hormonal munculnya satu per satu. (*)
#SemuaBisaCantik
Baca Juga: Jangan Sampai Wajah Bopeng! Ini 4 Rekomendasi Serum untuk Hilangkan Jerawat dan Bekasnya