Stylo Indonesia - Hai Stylovers, balik lagi dengan Jurnal Kulit Sensitif yang akan membagikan kisah kalian yang masih berjuang merawat kulit wajah.
Berbagai kisah yang tertuang lewat Jurnal Kulit Sensitif ini sangat menarik untuk diikuti pastinya.
Terutama bagi kamu yang punya persoalan serupa, bisa juga ikut melihat bagaimana kisah dan cara mengatasi permasalahan kulit sensitif.
Nah, Jurnal Kulit Sensitif kali ini datang dari perempuan asal Jakarta, 8 September 1997, Nela Nasvianti.
Nela sudah mengalami permasalahan kulit sensitif sejak dirinya duduk di bangku SMP, yuk simak gimana kisahnya merawat kulit sensitif!
Sejak SMP, aku memiliki tipe atau jenis kulit berminyak, sehingga memang sangat rentan sekali mengalami masalah komedo serta jerawat.
Permasalahan komedo dan jerawat ini membuat aku tidak bisa sembarangan menggunakan produk skincare, karena reaksi di wajah yang begitu cepat.
Awal mengetahui kondisi kulitku yang sensitif aku melihat wajahku begitu mudah muncul jerawat, memang tidak langsung besar, tapi diawali dengan bruntusan.
Produksi minyak di wajahku juga luar biasa banyak sehingga memang membuat aku kerap kali tidak nyaman.
Akhirnya memutuskan untuk ke dokter kulit memeriksa permasalahan wajah
Hal ini semakin diperkuat saat aku melakukan konsultasi ke dokter kulit, dokter mengatakan bahwa permasalahan ini dialami karena aku tengah mengalami perubahan hormon serta melewati masa pubertas.
Tidak hanya itu, kondisi tersebut juga diperkuat melihat adanya faktor genetik atau keturunan dari orang tua yang semasa mudanya juga mengalami permasalahan jerawat
Lebih selektif memilih skincare dan tidak mau asal ganti produk
Semenjak ke dokter untuk melakukan konsultasi mengenai kulit wajahku, aku sadar bahwa aku harus lebih selektif lagi dalam memilih produk skincare.
Selain itu, aku juga harus punya komitmen saat telah memilih produk, apabila sudah cocok aku tidak akan coba-coba untuk ganti produk baru.
Karena dikhawatirkan akan membuat kulit jadi breakout lagi dan mengulang permasalahan seperti awal.
Tidak hanya itu, aku juga selalu menjaga kebersihan wajah, lalu tidak memegang-megang kulit dengan sengaja menggunakan tangan karena khawatir akan memindahkan bakteri ke kulit wajah.
Hingga saat ini, aku masih sering melakukan konsultasi ke dokter kulit, namun memang dilakukan secara online melalui Whatsapp.
Aku juga masih ada menggunakan krim dokternya yang ternyata memang sangat cocok di wajahku.
Bicara soal produk skincare, selain menggunakan krim dokter, aku sudah punya facial wash, serum, dan juga sunscreen andalan yang aku gunakan sehari-hari.
Lingkungan yang positif membuat aku jadi lebih santai dan percaya diri
Walau memang keadaan kulitku yang sensitif sejak masih bersekolah membuat aku sering merasa malu untuk bertemu orang baru, aku merasa bisa lebih santai menjalaninya karena aku beruntung tinggal di lingkungan yang sangat suportif.
Aku juga belajar untuk tidak terlalu memikirkan perkataan orang lain.
Kondisi kulit wajah yang sensitif memang bagi orang lain sangat membuat pusing, tapi untungnya aku selalu punya teman yang masih mengerti keadaanku saat itu sehingga aku bisa lebih percaya diri.
Dukungan orang tua juga sangat besar sehingga aku bisa mencapai titik saat ini dimana wajahku sudah berangsur membaik dan pastinya membuat aku sangat bersyukur. (*)