Stylo Indonesia - Skincare abal-abal bermerkuri tetap beredar di pasaran meski sudah dilarang oleh pihak berwajib.
Meski sudah dilakukan razia di banyak toko kosmetik, namun skincare abal-abal bermerkuri masih tetap beredar di pasaran.
Tentu skincare abal-abal bermerkuri yang tetap beredari di pasaran menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi banyak perempuan.
Lantas, mengapa skincare abal-abal bermerkuri tetap beredari di pasaran meski sudah dilarang?
Seperti yang dilansir Stylo Indonesia dari Kompas.com, Kepala Badan POM Indonesia, Dr Penny K Lukito MCP, berkata bahwa upaya menghentikan pemakaian kosmetik bermerkuri telah digaungkan sejak lama.
Bahkan, hal ini telah tertuang dalam Peraturan Presiden No 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (RAN PPM).
"Dan terhadap produk (kosmetik bermerkuri) ini Badan POM terus melakukan penguatan dalam pengawasannya," kata Penny dalam diskusi daring bertajuk Stop Kosmetik Bermerkuri, Petaka di Balik Putih dalam Sekejap, beberapa waktu lalu.
Penguatan dalam pengawasan tersebut dilakukan pada saat notifikasi atau pre-market sampai setelah produk diedarkan atau post-market.
Diakui Penny, kendati regulasi atau payung hukum terhadap penghapusan produk bermerkuri ini sudah dibuat dan penguatan pengawasan juga sudah dilakukan BPOM, produk kosmetik bermerkuri masih tetap ditemukan beredar di pasaran.
"Ini berupa produk kosmetik yang ilegal tentunya," kata dia.
Sebab, jika produk tersebut mengandung merkuri jelas tidak akan mendapatkan izin edar oleh Badan POM.
Sementara itu, penyebab produk kosmetik bermerkuri ini masih beredar adalah karena masih adanya pasokan atau suplai bahan merkuri.
"Dan terutama karena masih adanya permintaan atau demand dari masyarakat," jelasnya.
Permintaan dari masyarakat masih banyak ini, kata Penny, bisa jadi karena masih kurangnya pengetahuan tentang dampak dari bahan kosmetik bermerkuri.
Selain itu juga, Penny mengatakan, tidak bisa dimungkiri bahwa masih banyak juga masyarakat yang berpendapat bahwa cantik itu harus berkulit putih, dan mereka ingin mendapatkannya secara instan.
Untuk menyelesaikan persoalan ini, Penny menegaskan bahwa masyarakat seharusnya juga mulai tergerak dan membangun pemahaman yang benar terkait dampak buruk dari kosmetik bermerkuri.
"Masyarakat harus jadi konsumen cerdas," tuturnya.
Masyarakat juga sebaiknya mengupayakan untuk mampu memilah dan membeli produk yang aman serta berkualitas untuk dipergunakan oleh individu pribadi masing-masing.
Kemudian, jangan mudah terpengaruh oleh promosi atau iklan yang menawarkan khasiat yang berlebihan.
Jadi, harus lebih teliti lagi ya, Stylovers, sebelum membeli skincare! (*) Dinda Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kosmetik Bermerkuri Dilarang, Kok Masih Banyak Beredar di Pasaran?"
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Shierine Wangsa Wibawa