Stylo Indonesia - Blush on si perona pipi merupakan salah satu produk makeup yang pastinya tak asing untukmu kan, Stylovers?
Blush on biasa digunakan untuk memberi rona pada bagian pipi agar wajah terlihat lebih berseri dan tidak pucat.
Di balik kecantikannya, siapa sangka sejarah blush on cukup unik dan punya sisi mengejutkan.
Pada awalnya, kosmetik ini pernah diracik dari berbagai macam bahan alami hingga bahan beracun yang berbahaya.
Dilansir dari Into The Gloss, inilah kisah unik sejarah blush on si perona pipi yang mungkin belum pernah kamu dengar!
Baca Juga: Pilihan Lip Tint yang Bisa Jadi Blush On untuk Remaja, Semua di Bawah 50 Ribu!
Minat perempuan pada memberi rona di pipi memiliki sejarah yang menarik.
Berikut ini adalah beberapa metode lama yang digunakan untuk menghasilkan wajah merona kemerahan pada hari-hari sebelum ada kosmetik komersial.
Masyarakat kuno mengandalkan pewarna nabati dan mineral alami untuk perona pipi.
Di Mesir, warna oker dioleskan di pipi dan bibir, untuk menonjolkan mata bergaris kohl yang kini kita kenal sebagai eyeliner.
Ada bukti bahwa orang Yunani kuno menggunakan jus mulberry yang dihancurkan untuk sedikit mewarnai pipi mereka, dan menggunakan akar Alkanet sebagai pemerah pipi sederhana.
Bangsa Romawi aristokrat memasukkan senyawa timbal pemutih kulit ke dalam ritual perawatan mereka, dan sering kali di atasnya diberi vermilion merah (bentuk bubuk dari mineral cinnabar) untuk warna pipi.
Namun, kedua bahan tersebut sesungguhnya sangat beracun.
Selama Abad Pertengahan di Eropa, kosmetik kurang disukai.
Baca Juga: 4 Blush On untuk Kulit Sawo Matang dengan Harga Mulai dari 6 Ribuan Rupiah!
Kulit pucat dipandang sebagai penanda kekayaan, jadi sementara petani berjemur di ladang, tuan mereka dan para perempuan akan menutup diri.
Penampilan ini dapat ditonjolkan dengan satu atau dua sapuan warna pipi yang terbuat dari campuran stroberi dan air.
Pada abad ke-15, bangsawan terkenal dan penguasa negara kota Caterina Sforza meluangkan waktu dari jadwal pemerintahannya yang sibuk untuk menulis buku rahasia kecantikan DIY yang disebut Experimenti.
Salah satu resepnya adalah larutan pemerah pipi yang terbuat dari campuran kayu cendana merah dengan aqua vita (etanol) yang akan bertahan selama delapan hari di pipi.
Kaum darah biru Georgia menyukai penampilan yang lebih bersahaja dan romantis.
Mereka kurang menyukai tampilan pucat dan lebih memilih bergaya dengan pipi yang bersinar kemerahan dan tampak sehat.
Tren ini membangkitkan kembali minat pada kemerahan alami, yang bisa dicapai mengaplikasikan warna organik secara halus ke wajah.
Panduan sejarah Inggris tahun 1825, The Art of Beauty (The Best Methods of Improving and Preserving The Shape, Carriage, and Complexion), merekomendasikan agar pemerah pipi "ditampilkan dengan sangat polos", dan menyertakan glosarium bahan-bahan yang disukai termasuk safflower, merah kayu cendana, kayu Brazil, dan merah tua.
Baca Juga: Kupas Tuntas Kekurangan dan Kelebihan dari Make Over Multifix Matte Blusher!
Carmine telah diperkenalkan di Eropa setelah penaklukan Spanyol atas Amerika.
Carmine merupakan zat pewarna yang diambil dari serangga yang disebut cochineal, berwarna merah tua yang dapat digunakan dengan aman pada kulit, dan masih menjadi bahan yang digunakan dalam banyak produk saat ini.
Nah, itu dia Stylovers sejarah unik blush on si perona pipi yang ternyata pernah dibuat dari bahan beracun.
Untungnya kini kita sudah bisa menggunakan banyak pilihan blush on dengan bahan yang aman, ya! (*)