Stylo.ID - Pandemi Covid-19 di Indonesia belum juga menemukan titik terang akan usai.
Bahkan hingga kini, sudah tercatat 50.187 kasus pasien terinfeksi virus corona di Tanah Air.
Hal ini tentu membuat Indonesia juga dicap sebagai negara dengan catatan pasien corona yang cukup tinggi di dunia.
Baca Juga: Hati-hati Gangguan Jiwa! Ini Cara Tahan Godaan Belanja Online Saat Pandemi Covid-19
Dilansir Stylo.ID dari Kompas.com, Penanganan pandemi virus corona di Indonesia mendapatkan kritikan dari sejumlah pihak, salah satunya datang dari media Australia.
Dalam laporan Sydney Morning Herald (SHM) 19 Juni 2020, Indonesia bahkan disebut akan menjadi hotspot atau pusat wabah virus tersebut di dunia.
"The world's next coronavirus hotspot is emerging next door," tulis SHMP.
Selain hal di atas, mereka juga mengkritisi tingkat tes Covid-19 di Indonesia yang sangat rendah dan tingkat kematian yang proporsional tinggi.
Indonesia disebut mendekam di peringkat ke-163 dengan hanya melakukan 2.193 tes per 1 juta orang.
Memang bisa jadi hotspot
Lantas bagaimana tanggapan epidemiolog?
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad menilai bahwa Indonesia memang bisa menjadi hotspot virus corona berikutnya di dunia.
"Ya memang bisa (jadi hotspot), bila masyarakat tetap tidak patuh protokol kesehatan, kita akan jadi hotspot di dunia karena penularan meluas," kata Riris saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/6/2020).
Baca Juga: Virus DBD Mengintai di Tengah Pandemi Covid-19, Simak Cara Jitu Tangkal Nyamuk Masuk Rumah Ini Deh!
Menurutnya, semua kemungkinan itu ada, namun yang menentukan dapat terjadi atau tidak hanyalah kepatuhan dari masyarakat itu sendiri.
Kemudian, lanjut dia, masyarakat juga sekaligus sebagai pemilik risiko apabila nantinya tertular virus corona atau Covid-19.
"Pada akhirnya, pemilik risiko itu setiap individu. Semua orang akan tertular kalau masing-masing tidak berkontribusi," jelas Riris.
Sebaliknya, apabila pasien yang sebelumnya terinfeksi virus corona bisa sembuh, maka itu adalah buah dari kontribusi.
Penanganan masih jauh dari ideal
Saat disinggung mengenai penanganan virus corona di Indonesia sejauh ini, Riris menyatakan masih belum maksimal dan jauh dari ideal.
"Kalau dikomparasikan dengan negara yang lain, bisa jadi kita masih belum se-ideal negara yang lain," papar dia.
Namun, Riris melanjutkan, penanganan sebaik apa pun tak akan menghasilkan apa-apa bila masyarakat tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat sebelumnya.
Baca Juga: Suram, WHO Sebut Pandemi Covid-19 Makin Memburuk, Bahkan Pakai Masker Kain Saja Tidak Cukup!
Oleh karena itu, penanganan dapat memberi hasil jika masyarakat juga ikut berkontribusi secara bersama-sama.
"Sebaik apa pun penanganan pemerintah, misalnya membuat aturan pembatasan dan lain sebagainya, ketika masyarakatnya tidak berkontribusi untuk mematuhinya, ya tidak pernah berhasil," kata Riris.
Bagaimana agar tak jadi hotspot?
Agar pemberitaan dari media asing tersebut tidak terjadi, Riris memberikan satu-satunya solusi yang dapat dijalankan oleh masyarakat.
"Kuncinya hanya satu, yaitu patuh. Kemudian seluruh energi, nafsu dan segala kepentingan harus disingkirkan dahulu," jelas dia.
Yang ia maksud yakni, setiap masyarakat harus patuh dalam menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, selalu cuci tangan dan jaga jarak
Saat ini, lanjutnya, semua pihak harus bersatu dan fokus dalam menangani pandemi virus corona.
Selain itu, aksi-aksi yang sifatnya mengumpulkan banyak orang juga harus dihindari terlebih dahulu.
"Jadi kalau kita mau berhasil melawan pandemi ini, ya semua pihak sekarang mau tak mau perlu untuk bersatu menjadi orang Indonesia. Bukan kemudian yang satu punya kepentingan apa, yang satu apa dan saling tarik menarik kepentingan," imbuh dia. (*) Dinda Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Bisa Disebut Jadi Hotspot Virus Corona di Dunia, Epidemiolog: Memang Bisa" Penulis: Dandy Bayu Bramastra