Jangan Diremehkan! Ahli Kesehatan Ungkap Pola Baru Penularan Virus Corona yang Harus Diwaspadai

By Stylo Indonesia, Selasa, 28 April 2020 | 13:25 WIB
Jangan Diremehkan! Ahli Kesehatan Ungkap Pola Baru Penularan Virus Corona yang Harus Diwaspadai (freepik.com)

Stylo.ID - Virus corona saat ini menjadi pembunuh nomor satu di dunia termasuk di Indonesia.

Kapan berakhirnya pandemi ini pun masih belum menemukan titik terang.

Belum lagi berakhir virus corona, baru-baru ini ahli justru ungkap pola baru penyebaran virus corona.

Dilansir dari Kompas.com, Ahli Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany mengatakan, pola penularan virus corona kemungkinan bisa berubah.

Baca Juga: Kabar Baik, Riset Terbaru Ungkap Prediksi Akhir Virus Corona di Berbagai Negara Termasuk Indonesia, Catat Tanggalnya!

Menurut Hasbullah, masyarakat tidak boleh meremehkan wabah Covid-19 ini dan harus selalu waspada.

Kita tidak bisa menjamin pola penularan terus begini, manusia ke manusia. Sebab virus selalu beradaptasi dengan lingkungan dengan cepat," ujar Hasbullah ketika dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (24/4/2020).

"Sehingga jangan lalu meng-understimate seolah virus ini tidak terlalu berbahaya di negara tropis," kata dia.

Hasbullah pun meminta masyarakat untuk selalu siap dan waspada terhadap persebaran Covid-19.

Pesebaran seperti apa ya yang dimaksud?

Baca Juga: Percaya Nggak Percaya, Mbah Mijan Ramalkan Virus Corona Akan Berakhir di Bulan Ramadan Karena Hal Ini

Pola Baru Pesebaran Virus Corona

Masyarakat harus berpikir bahwa virus ini berbahaya dan kemungkinan besar bisa kembali menyebabkan penularan setelah banyak kasus sembuh.

"Asumsikan virus ini sangat berbahya dan mungkin akan kembali. Kita harus selalu siap dan waspada. Suatu saat ini akan bisa jadi endemik (penyakit yang terus-menerus ada di suatu daerah) seperti demam berdarah," ujar dia.

Selain itu, sebelum ada obat dan vaksin ditemukan untuk Covid-19, satu-satunya yang bisa dilakukan masyarakat adalah menjaga daya tahan tubuh.

Terlebih, untuk warga lansia atau individu dengan penyakit bawaan tertentu.

"Untuk masyarakat yang masih muda relatif aman, tetapi bagi yang sudah tua jangan keluar kecuali dalam kondisi sendirian dan jaga jarak yang jauh sebab risiko besar untuk tertular, " tambah Hasbullah.

Baca Juga: Berbeda dengan Presiden, Pakar Justru Ungkap Prediksi Puncak dan Waktu Berakhirnya Virus Corona!

Sementara itu, data terbaru yang dirilis pemerintah mengungkapkan bahwa masih ada penularan virus corona yang menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah.

Berdasarkan data hingga Jumat (24/4/2020) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 436 pasien Covid-19 di Indonesia.

Dengan demikian, hingga saat ini jumlah totalnya ada 8.211 kasus Covid-19 di Tanah Air, sejak kasus ini pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.

Hal ini diungkapkan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Jumat sore.

Berdasarkan data dan periode yang sama, diketahui ada penambahan 42 pasien yang kini dinyatakan negatif virus corona setelah menjalani dua kali pemeriksaan.

Baca Juga: Menyedihkan! Mayat Dibiarkan Bertumpuk Dalam Kondisi Tak Beraturan, Ini Rekaman Rahasia Kondisi Rumah Sakit Amerika Serikat Saat Pandemi Corona

Penambahan itu menyebabkan total pasien sembuh ada 1.002 orang.

Akan tetapi, pemerintah mengungkapkan kabar duka dengan masih adanya penambahan pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Ada penambahan 42 pasien yang meninggal dunia setelah dinyatakan positif virus corona.

Dengan demikian, total ada 689 pasien Covid-19 yang tutup usia di Tanah Air.

Tidur Tengkurap Selamatkan Nyawa Pasien Virus Corona

Pasien dapat ditempatkan dalam posisi tengkurap (dari bahasa Latin pronus, berarti condong ke depan) selama beberapa jam untuk memindahkan cairan yang mungkin telah terkumpul di paru-paru mereka dan mengganggu pernapasan mereka.

Teknik ini semakin sering digunakan untuk merawat pasien Covid-19 yang membutuhkan dukungan perawatan intensif.

"Banyak pasien Covid-19 tidak mendapat cukup oksigen di paru-paru mereka dan itu menyebabkan kerusakan," kata Panagis Galiatsatos, seorang dokter paru-paru dan pakar perawatan kritis sekaligus asisten profesor di Universitas Johns Hopkins, AS.

"Dan meskipun mereka diberi oksigen, kadang-kadang itu tidak cukup. Jadi, yang kita lakukan adalah menelungkupkan pasien, dengan perut pasien di bawah, agar paru-paru mereka mengembang."

Baca Juga: Mengerikan! Padahal Sudah Lama Meninggal, Peramal Legendaris Ini Pernah Sebut Nama Indonesia Tentang Bencana Tahun 2020, Apa Itu?

Dr. Galiatsatos mengatakan bagian terberat dari paru-paru terletak di punggung kita, sehingga pasien yang berbaring dengan berat badan bertumpu pada punggung mereka akan lebih sulit mendapatkan udara yang cukup.

Sebaliknya, teknik proning meningkatkan aliran oksigen dan mendorong penggunaan berbagai bagian paru-paru.

"Ini bisa membuat perubahan yang nyata, kami telah melihat keampuhannya pada banyak pasien," kata sang dokter.

Pada bulan Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan proning untuk pasien Covid-19 dewasa dengan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), untuk jangka waktu 12 hingga 16 jam sehari.

Baca Juga: Bikin Merinding! Tak Lagi Ramal Soal Virus Corona, Wirang Birawa Justru Sebut Ada Bom Waktu yang Bisa Meledak, Ada Apa?

WHO mengatakan teknik ini dapat dipertimbangkan untuk anak-anak, tetapi akan membutuhkan orang-orang yang terlatih dan keahlian tambahan untuk melakukannya dengan aman.

Sebuah studi oleh komunitas pakar kesehatan, American Thoracic Society, mendapati bahwa pasien yang tidak pernah ditempatkan dalam kondisi tengkurap memiliki kapasitas ekspansi paru yang lebih buruk, dibandingkan dengan mereka yang berbaring seperti biasa.

Studi ini berdasarkan pada 12 pasien dengan ARDS parah terkait Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Jinyintan di Wuhan, China, pada bulan Februari. (*)(Nisa Stylo)

Artikel ini sudah tayang di Sajiansedap.com dengan judul Kabar Buruk! Ahli Kesehatan Bongkar Pola Baru Penularan Virus Corona yang Harus Kita Waspadai

Penulis: Marcel Mariana