Stylo.ID - Sejatinya istilah gemuk, gendut, jelek, hitam, dan lain sebagainya hanyalah stereotip semata.
Begitu mudahnya kita atau kamu atau mungkin orang lain melabelkan diri kita atau orang lainnya dengan perkataan yang tidak pantas.
Ya, “Tidak Pantas!”, kenapa? Sebab, siapa kita atau siapa kamu yang merasa berhak untuk mengukuhkan dirimu ‘Lebih’ dari orang lain, sementara kita saja sebagai seorang manusia masih memiliki kekurangan fisik.
Ok, kasus body shaming sudah begitu mengakar dan meresahkan siapa saja, terutama para wanita yang dengan begitu mudahnya tersudutkan oleh komentar mengenai fisik dari sekelilingnya.
Baca Juga: Octaviani Morgalita: Dibully dan Dijauhi Bahkan Dihina Karena Wajah Berjerawat #InspirasiCantik
Mengerikannya lagi, kasus body shaming justru sudah dimulai sejak seseorang masih kecil di bangku sekolahnya.
Padahal, perkataan atau komentar atau perlakuan buruk apapun mengenai orang lain apalagi terkait fisiknya mampu menciptakan goncangan psikologis hingga peristiwa traumatis yang tak jarang berlangsung hingga ia dewasa dan menua.
Mirisnya lagi Stylovers, body shaming yang dialami seseorang pun dapat melumpuhkan produktivitas dan kemampuan sosiologisnya dalam beradaptasi di lingkungannya, baik di rumah, sekolah, kampus, kantor dan lainnnya.
Ini adalah kisah Vania Via Eustasia, wanita kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah yang pernah dibully karena memiliki warna kulit dan bentuk tubuh yang tak sesuai dengan standar kecantikan pada umumnya.