Stylo.ID – Setelah 15 tahun berkarya, desainer Vera Anggraini menggelar peragaan busana tunggal pertamanya.
Mengusung tema ‘Merajut Nusantara’, Vera akan pamerkan 40 kebaya adat yang terinspirasi dari kebudayaan berbagai daerah dari Aceh hingga Papua.
Chia Stylo.ID merangkum beberapa kejutan yang akan muncul pada pagelaran tanggal 15 Agutus mendatang ini.
( Baca juga: Masih Banyak Diminati, 4 Brand Ini Kompak Keluarkan Koleksi Terbaru Motif Kotak-kotak dengan Harga Terjangkau )
Pertunjukkan busana yang juga diadakan dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan ini akan ditampilkan dalam 3 sesi.
Sequence pertama bertema Khatulistiwa, dimana ia akan menampilkan 13 kebaya dari adat Gorontalo, Banjar, Papua, Ambon, NTT, NTB, dan lainnya.
Kedua, bertemakan Jawa Dwipa, akan ada 12 kebaya yang diangkat dari adat Jawa dan Bali.
( Baca juga: 4 Celana Jeans yang Sedang Tren di Kalangan Fashionista dengan Harga di Bawah 500 Ribu, Affordable Banget! )
Serta yang ketiga bertema Swarnadwipa dimana 15 kebaya dari Sumatera yang melingkupi adat Aceh sampai Lampung dipamerkan.
“Saya tertarik banget untuk mengangkat masing-masing adat tersebut karena ragam hiasnya banyak. Saya nggak mau nonjolin cuma satu atau dua, pengennya semuanya, hahaha,” ceritanya.
Tak hanya sekadar menampilkan kekhasan ornamen budaya setiap daerah di Indonesia, ia juga menambahkan beberapa modifikasi tren agar gayanya diterima anak muda.
( Baca juga: Mengintip Koleksi Fashion Terbaru H&M untuk Musim Gugur yang Lebih Nyaman dan Stylish! )
Meski begitu, Vera tetap berpegang teguh pada aksesori dan kain adat. Menurutnya aura dari kebaya akan lebih terasa ketika dipadukan dengan atribut tersebut.
#Tak Mau Fanatik Pada Satu Warna
Desainer bernama asli Vera Anggraini Ma’ruf ini pun tak mau fanatik pada satu nuansa warna saja, ia lebih suka menampilkan keberagaman warna layaknya diversitas nusantara.
“Misalnya, baju pernikahan adat Lampung harusnya putih tapi di show ini saya tampilkan warna merah, lalu potongannya lebih panjang menjuntai serta ber-layer. Saya pakai kain tapis dan aksesori koin di ujung kainnya,” ungkap Vera.
Vera juga akan ‘melawan’ pakem untuk tampilkan kebaya adat ala Sumatera. Bocorannya, ia akan memakai warna yang tidak biasa namun masih cocok dipadu-padan dengan hiasan adat tertentu.
“Kalau adat Mandailing biasanya pakai warna merah, saya coba bermain dengan warna biru elektrik, tapi saya tetap pertahankan karakter Mandailing-nya,” ujar desainer yang sering menangani para publik figur ini.
#Debut Kebaya Papua
Menariknya, pada show yang akan digelar tersebut, pertama kalinya pula Vera akan memamerkan busana kebaya adat Papua.
Loh, memang Papua punya kebaya?
“Busana adat Papua harusnya cuma pakai anyaman, tapi saya berkreasi dengan bahan lace juga ruffles untuk gantiin rumbai-rumbainya. Nanti warnanya pakai abu-abu dicampur dengan merah dan bertabur kristal supaya cocok dengan hiasan kepalanya,” jelas Vera.
Vera juga menuturkan, biasanya masyarakat Papua lebih sering pakai gaun atau dress saat pernikahan, padahal mereka juga ingin pakai kebaya.
Nah, harapannya dengan meluncurkan kebaya khas Papua ini, masyarakat akan lebih merasa bangga lagi dengan budayanya dan mau memakai nuansa adat saat pernikahan.
“Intinya, saya ingin audience lihat kayanya budaya yang ada di Indonesia dalam satu panggung untuk kita nikmati. Harapan saya nggak muluk-muluk, sebagai pencinta budaya dan seni semoga kita nggak lupa dan makin bangga akan budaya kita,” tutupnya. (*)