Mengulik Kebudayaan Sulawesi Utara di Pa'Dior, Ada Museum Anti Narkoba dan Burung Hantu!

By Dinda Tiara Alfianti, Selasa, 23 Mei 2023 | 17:25 WIB
Pa'Dior Pusat Budaya Sulawesi Utara (Dinda Stylo )

Stylo Indonesia - Bicara soal kebudayaan tampaknya akan makin menarik jika dibahas langsung dengan sosok yang tepat.Misalnya saja seperti dengan Irjen. Pol. (P) Dr. Benny Jozua Mamoto, S.H,. Msi. sosok di balik berdirinya Padior, pusat kebudayaan Sulawesi Utara.Kecintaannya akan budaya membuat hati Benny tergerak untuk mendirikan Pa'Dior di Talikuran, Kec. Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Irjen. Pol. (P) Dr. Benny Jozua Mamoto, S.H,. Msi. Pendiri Pa'Dior (Dinda Stylo)
Alasan Dinamakan Pa'Dior"Pa'Dior adalah bahasa daerah yang artinya terdepan atau yang terutama, atau boleh dikatakan sebagai pelopor itu merupakan bahasa daerah di sini," ungkap Benny saat diwawancarai Dinda Stylo saat liputan Stylo Indonesia Heritage di Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu.Kepada Stylo Indonesia, Benny juga menjelaskan apa tujuan dibangun Padior tersebut."Konsep dari Pa'Dior adalah kami ingin tempat ini jadi sarana edukasi, budaya dan rekreasi supaya anak-anak ketika bermain ke sini, pengunjung datang ke sini mendapatkan tiga poin itu," katanya.Fasilitas yang Ada di Pa'Dior"Di sini ada museum budaya pinawetengan, ada museum wale anti narkoba, ada museum manguni, kemudian ada resort penginapan, ada juga kebun pembibitan, karena kami di sini juga ada kegiatan pelestarian lingkungan namanya Sulut Green and Organic, jadi tidak hanya budaya tapi juga lingkungan hidup ada di sini," jelas Benny.

Baca Juga: Memandang Indahnya Kota Manado di Padies Kimuwu Minahasa, Tiket Cuma Rp10 Ribu!

 

Sejak Kapan Pa'Dior Didirikan?"Kami memulai tahun 2007, tahap demi tahap kami lakukan pertama rumah induk, kemudian berturut-turut membangun museum dan dari waktu ke waktu terus kami lestarikan," katanya.Tujuan Mendirikan Museum Narkoba

Museum Wale Anti Narkoba (Dinda Stylo)
"Ketika itu saya tugas di BNN kemudian saya ditanya oleh senior-senior di Sulut apa yang akan kamu kontribusikan untuk daerah dalam rangka menyelematkan generasi muda dari ancaman bahaya narkoba, kemudian saya terpikir setelah mengunjungi beberapa museum narkoba di Thailand, di Cina dan sebagainya dan terpikir untuk membuat museum tetapi isinya tentang informasi seputar narkoba," tutur Benny.Tujuan Mendirikan Museum Manguni?

Museum Manguni di Pa'Dior (Dinda Stylo)
"Manguni adalah satwa yang punya tempat tersendiri buat masyakarakat Minahasa. Kita lihat lambang kabupaten Minahasa, Manguni," jelasnya.Benny juga menjelaskan bahwa manguni sendiri dalam sejarahnya adalah satu burung yang dijadikan pedoman oleh nenek moyang Minahasa. "Manguni ini dijadikan pedoman, yaitu dari suaranya sebagai tanda yang jadi pedoman nenek moyang Minahasa ketika belum ada teknologi," kata Benny.Di dalam museum manguni tersebut ada ribuan koleksi burung manguni mulai dari mata uang, boneka, patung dan segala hal yang berhubungan dengan manguni ada di museum tersebut.Pa'Dior Punya Penghargaan Terbanyak

Guinness World Record yang didapatkan Pa'Dior (Dinda Stylo)
"Kami di bidang budaya ini mungkin terbanyak di Indonesia mendapat penghargaan," ungkapnya."Yang pertama Guinness World Record, kolintang terbesar, terompet terbesar, kolintang masal, musik bambu masal, kemudian nasi jaha 6 kilometer, kain tenun terpanjang 101 meter dan orkestra musik. Itu sudah mendapatkan penghargaan dunia," lanjut Benny.Bukan hanya mendapatkan penghargaan kelas dunia, Pa'Dior juga berhasil memperoleh penghargaan di Tanah Air."Kemudian untuk Rekor MURI ada sekitar 34, itu dari seni musik, seni tari, seni kain, seni kuliner dan pendidikan," sebut Benny.Dalam meraih penghargaan tersebut, Benny juga selalu mengikutsertakan masyarakat sekitar untuk membuat mereka makin mencintai budaya Minahasa."Kami selalu mengajak serta masyarakat tergantung komunitasnya, kalau komunitas kuliner ada tinutuan, perkedel nike, bahkan jagung yang dimasak di Bukit Kasih sudah ada penghargaannya," kata Benny.Terompet Besar Jadi Ciri Khas Pa'Dior

Terompet besar di Pa'Dior (Dinda Stylo)
"Terompet ini simbolisasi dalam seni musik, kenapa kita angkat karena musik itu sudah nyaris kurang diperhatikan oleh anak-anak muda," katanya. "Saya pilih alat musik yang sudah mulai ditinggalkan, dan ternyata dengan ini tercatat di rekor dunia, anak-anak kemudian mengklaim ini milik kita dan jadi kebanggaan untuk mereka," lanjut Benny.Belum Ada Bantuan dari Pemerintah Setempat"Sejauh ini belum ada bantuan dari Pemerintah, kita semua mandiri untuk pengelolaan tempat ini," jelas Benny."Dulu pernah beberapa bank BUMN, misalnya pelatihan tenun, alatnya dibantu oleh bank Mandiri, kemudian ada juga penghijauan juga kerjasama dengan BUMN," katanya.Meski begitu, Benny tetap ingin terus mengembangkan Pa'Dior agar menjadi bukti nyata bahwa kebudayaan Minahasa patut untuk dilestarikan sampai kapanpun. (*)