Pakai Kalung Tengkorak Asli, Ini Makna Busana Tarian Kabasaran Minahasa

By Dinda Tiara Alfianti, Senin, 22 Mei 2023 | 19:25 WIB
Pakaian adat tarian kabasaran Minahasa (Dinda Stylo)

Stylo Indonesia - Dalam adat Minahasa, terdapat tarian kabasaran yang punya daya tarik tersendiri bagi penontonnya.Saat melihat tarian kabasaran, tentu Stylovers, akan terkesima dengan pakaian yang dikenakan oleh penari.Hal tersebut juga Dinda Stylo rasakan saat pertama kali melihat tarian kabasaran di Minahasa saat liputan Stylo Indonesia Heritage, beberapa waktu lalu.Kepada Stylo Indonesia, Tonaas Rinto Taroreh menjelaskan soal makna dari pakaian adat tersebut.

Busana tarian Kabasaran Minahasa (Dinda Stylo)
"Tarian kabasaran sendiri adalah tarian perang yang jadi ritual khusus para leluhur saat akan berperang," ungkap Tonaas.Para penari mengenakan busana yang didominasi warna merah lengkap dengan aksesori dengan arti yang beragam."Kalau merah itu kan, simbol kehidupan, karena bukan sekadar perang tapi para leluhur juga mempertahankan kehidupan sampai disebut pelindung negeri," tutur Tonaas.Tonaas Rinto Taroreh juga menjelaskan makna topi yang dikenakan oleh penari kabasaran tersebut.

Topi tarian Kabasaran Minahasa (Dinda Stylo)

Baca Juga: Mengintip Sejarah Waruga, Makam Kuno Orang Minahasa yang Terbuat dari Batu

 

"Kalau untuk topi ini ada burung Uak, ada tanduk sapi dan bulu ayam hutan," katanya.Topi perang tersebut menggambarkan dunia atas, alam dewa yang menjadi pengingat bahwa dunia hanya sementara, juga memberi ingatan untuk berbuat kebaikan ke sesama dan rela mengorbankan nyawa demi keberlangsungan banyak orang," jelas Tonaas Rinto Taroreh.Penari juga memegang senjata yang bernama Santi dengan ukuran yang panjang.

Senjata khas Minahasa (Dinda Stylo)
"Santi ini menjadi lambang pemisah antara yang baik dan yang jahat, ini juga pernah dipakai saat perang Spanyol dan jadi senjata khas Minahasa," Dan, penari juga menggunakan banyak tengkorak sebagai kalung untuk aksesori busana tersebuut."Kalau dulu ini tengkorak manusia (musuh) dan menjadi lambang kekuatan saat perang, tapi sekarang diganti dengan tengkorak monyet," jelas Tonaas Rinto Taroreh. (*)