“Misalnya penentuannya kenapa bisa ada suku tertentu yang menganggap justru wanita yang berbadan gemuk yang dianggap cantik, di satu sisi ada yang bilang yang sangat kurus yang sangat cantik. Itu lebih kepada culture, budaya yang terbentuk dari dulu-dulunya,” jelas Ayoe.
Standar kecantikan yang ada di lingkungan ini kemudian bisa mulai mempengaruhi perempuan seiring dengan bertambahnya usia perempuan, terutama di masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.
Standar kecantikan bisa menjadi beban untuk perempuan karena dianggap sebagai keharusan agar ia bisa lebih diterima atau dipandang oleh masyarakat.
Baca Juga: Perhatikan Kesehatan Mental, Ini Tanda Kamu Sudah Harus ke Psikolog!
“Kita kan juga makhluk sosial, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, butuh diterima. Nah lingkungan itu memiliki standar-standar. Itu yang membuat kita kemudian berusaha memenuhi standar-standar itu,” ujar Ayoe.
Kemudian, bagaimana sebaiknya perempuan menyikapi standar kecantikan agar tidak menjadi beban tersendiri untuk mereka?
Ayoe membaginya menjadi dua sudut pandang, dari segi pendidikan keluarga dan dari segi individu sendiri.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Inovasi Terbaru Penanganan Jerawat: Peluncuran Buku Pedoman dan Teknologi AI oleh PERDOSKI & KSDKI dengan Dukungan La Roche Posay
KOMENTAR