Pesona Kain Pinawetengan, Wastra Minahasa dengan Corak Penuh Kisah

By Cerysa Nur Insani, Senin, 17 April 2023 | 11:50 WIB
Pesona Kain Pinawetengan, Wastra Minahasa dengan Corak Penuh Kisah (Dok. Corcomm KG)

Stylo Indonesia - Stylovers, apakah kamu sudah pernah mendengar soal kain pinawetengan?

Kain pinawetengan adalah salah satu wastra Nusantara asal Minahasa yang penuh dengan makna sejarah dan budaya.

Seperti wastra lain pada umumnya, tentunya kain pinawetengan juga memiliki pesona dari tampilan corak yang unik dan berbeda dengan kain Nusantara lainnya.

Stylo Indonesia berkesempatan menampilkan keindahan kain pinawetengan dalam puncak acara Kartini Fitri: Raya Wastra Nusantara pada Jumat (14/4/23) lalu.

Acara ini diselenggarakan oleh Kompas Gramedia bersama Stylo Indonesia, Grid.id, dan Sekar Media di Bentara Budaya Jakarta.

Pada puncak acara tersebut, Stylo Indonesia mengadakan talk show bersama Iyarita Mawardi selaku pimpinan pengrajin kain pinawetengan sekaligus trunk show untuk menampilkan secara langsung koleksi busana dari kain pinawetengan.

Dalam talk show, Iyarita Mawardi menjelaskan lebih dalam mengenai sejarah kain pinawetengan, makna di balik coraknya, hingga proses pembuatannya.

"Jadi pada awal tahun 2004, pertama kali saya diajak ke Manado dan diberi tahu bahwa ada satu situs namanya Watu Pinawetengan di desa Pinabetengan,” ujar Rita, sapaan akrabnya.

“Watu Pinawetengan merupakan situs demokrasi di mana nenek moyang dari orang-orang Minahasa berembuk jika ada pertentangan atau ketidaksepahaman," lanjutnya.

Melihat keunikan dari guratan pada batu besar tersebut, Rita terinspirasi untuk membuatnya menjadi corak pada kain.

Baca Juga: Kompas Gramedia Gandeng Stylo Indonesia Gelar Kartini Fitri Bertajuk Raya Wastra Nusantara

Sejak awal, Rita ingin mengangkat corak kain pinawetengan dengan teknik kain tenun tradisional.

Rita pertama kali mengadakan pelatihan tenun pada tahun 2007, sudah hampir 16 tahun yang lalu.

Saat itu pengrajin yang mendaftar untuk ikut serta sebanyak 200 orang, tapi sayangnya yang bertahan hanya 16 orang.

Bahkan, sekarang hanya tersisa 13 orang karena tiga pengrajin lainnya sudah pensiun lantaran usia dan masalah kesehatan pada mata.

“Paling muda usia 40 tahun, dan saya juga memikirkan untuk bisa regenerasi," ungkap Rita soal kondisi regenerasi pengrajinnya saat ini.

Corak Kain Pinawetengan

Busana dari kain pinawetengan. (Dok. Corcomm KG)

Seperti wastra Nusantara lain pada umumnya, tentunya corak kain pinawetengan juga menyimpan makna tersendiri.

"Mungkin bisa dibilang berbeda karena coraknya masih dan hanya ada di Minahasa. Masih ada di batunya, Watu Pinawetengan. Sehingga cuma ada di Minahasa, jadi jelas beda dari kain yg lainnya," ungkap Rita.

Menurut Rita, ada empat motif kain pinawetengan yang paling diminati.

Pertama, ada motif pinawetengan yang merupakan cikal bakal dari sembilan etnis Minahasa.

Baca Juga: Kain Pinawetengan, Tenun Minahasa Sulawesi Utara dalam Busana Siap Pakai oleh Denny Malik

Kedua, motif 'tembega' yang merupakan perhiasan nenek moyang Minahasa dengan bentuk mirip seperti burung garuda.

Ketiga, motif 'sualang' yang merupakan perhiasan Minahasa dengan bentuk mirip bulan sabit.

Keempat, motif 'patola' yang memiliki tekstur dan tampilan warna seperti sisik ular.

Pembuatan Kain Pinawetengan

Busana dari kain pinawetengan dengan teknik tenun dan songket. (Dok. Corcomm KG)

Rita masih mempertahankan pembuatan kain pinawetengan dengan teknik tenun tradisional menggunakan tangan.

Selain kain tenun, kain pinawetengan juga tersedia dalam jenis kain songket hingga print.

Oleh sebab itu, tingkat kesulitannya beda-beda.

"Kain tenun dan songket pemasangan benangnya itu bisa 2 minggu, baru ditenun,” jelas Rita.

Busana dari kain pinawetengan print. (Dok. Corcomm KG)

“Kalau dia enggak berhenti menganyam bisa dapat 1,5 meter, kalau berhenti kurang dari 1,5 meter. Kalau dikebut bisa 3-4 hari (jadi satu kain)," tambahnya.

Tentunya, karena teknik pembuatannya yang sulit dan masih asli, maka harga kain pinawetengan juga beragam.

"Ada tenun ini Rp 1 juta per meter. Kalau songket yang ada lebih banyak benang sutera itu lebih mahal, dia Rp 4 juta per 2,25 meter,” jelas Rita.

Baca Juga: Surga Belanja Kain Tenun dan Sutra Khas Sulawesi Selatan di Sutera Indah Makassar!

“Kalau yang sudah jadi baju itu range-nya di antara Rp 200.000 sampai Rp 4 juta. Sementara kalau yang produk kain print itu Rp 45.000 karena pakai mesin," lanjutnya.

Bagi Stylovers yang berada di Jakarta dan tertarik untuk memiliki koleksi kain pinawetengan, saat ini kain pinawetengan bisa didapatkan di Mall of Indonesia dan Humble House Jakarta.

Nah, itu dia Stylovers pesona kain pinawetengan, wastra Minahasa dengan corak yang penuh kisah. Menarik sekali, kan? (*)

#SemuaBisaCantik

Baca Juga: Ide Outfit Hijab dengan Kain Batik yang Bisa Dipakai Untuk Sehari-hari