Stylo Indonesia - Pernah alami hal mengerikan dalam hidupnya, Sarah Forsyth, pernah lalui kisah yang memilukan ketika remaja.
Hal itu bermula saat dia berusia 19 tahun.
Saat itu, dia pergi ke Amsterdam, dengan memenuhi sebuah janji bahwa ia akan dipekerjakan sebagai perawat bayi.
Sayang, panggilan itu berakhir mengerikan.
Sarah diculik dengan todongan senjata dan dijual sebagai budak nafsu.
Setiap harinya, ia dipaksa tidur dengan 20 pria setiap malamnya untuk mengisi kantong germonya, seperti dikutip dari Mirror pada Sabtu (5/1/2019).
Selain kehidupan ranjang yang diingat Sarah, salah satu yang paling mengerikan dari kehidupan budak nafsu adalah wajah seorang gadis Thailand yang gemetaran.
Sama dengan nasib Sarah, wanita ini dijual sebagai budak nafsu, tetapi tidak menghasilkan uang cukup untuk germonya.
Alhasil, sebagai hukuman atas hal itu ia dibawa ke gudang kumuh di pinggiran kota, kemudian ditembak sampai mati.
Pada saat itulah, dengan jelas, Sarah menyaksikan peristiwa mengerikan yang hingga kini ia kenang sebagai hal paling mengerikan dalam hidupnya.
"Wajahnya baru saja meledak, aku berdiri dan aku menyaksikan peluru itu benar-benar merenggut setengah kepalanya dari bahunya," kenang Sarah.
"Dan kemudian, tepat ketika suara itu terdengar di telingaku, ia jatuh ke lantai di sebelah kakiku," Sarah berkata.
"Saya ingin berteriak tetapi meskipun mulut saya terbuka, tenggorokan saya mengerut karena ketakutan."
"Saya tidak bisa mengeluarkan suara," Tambahnya.
"Lalu aku melihat lampu merah kecil di kamera dan mendengar suara lembut dari kaset dan aku menyadari pembunuhannya sedang direkam," katanya lagi.
Kini, Sarah yang berusia 42 tahun adalah salah satu dari ribuan wanita Inggris yang pernah merasakan getirnya kehidupan sebagai budak nafsu.
Tetapi, ia adalah orang pertama yang memberi tahu dunia tentang apa yang terjadi padanya.
Cobaan mengerikan itu tercatat dalam memoarnya, Slave Girl, yang ditebitkan pada bulan Januari ini.
Pembunuhan gadis Thailand itu, jauh dari satu-satunya adegan mengerikan yang membakar ingatan Sarah pada hari-hari mengerikan tahun 1990-an.
Ia juga mengingat bagaimana kepala saingan mucikarinya terputus dan tergeletak beberapa meter dari tubuhnya, setelah perselisihan tentang perempuan yang dipaksa melacur.
Baca Juga: Tren Belanja Online Terus Meningkat, Bata Lakukan Sejumlah Inovasi Digital
Pasca pembunuhan atas wanita Thailand, Polisi Belanda melacak geng-geng itu mendekatinya beberapa kali sebelum akhirnya melarikan diri pada 1997.
Beberapa penculiknya melarikan diri untuk menghindari penangkapan pada waktu itu.
Sarah dibawa ke Belgia dalam persembunyian sebelum kembali ke kota asalnya Gateshead, Tyneside, untuk bertemu ibunya dengan perasaan yang hancur lebur.
Sarah berkata, "Dia berdiri di sana dengan tangan terangkat dan ekspresi cinta seperti itu di wajahnya."
"Dia merangkul saya dan memeluk saya dan untuk pertama kalinya saya bisa mengingat saya merasa benar-benar aman dan bahagia."
"Aku tidak peduli apa lagi yang terjadi."
"Aku hanya ingin ibuku, dan tetap seperti itu selamanya. Kami berdua menangis dan menangis," tambahnya.
Sarah dengan berani memberikan bukti terhadap pelakunya.
Lima orang yang mengaku bersalah atas pelecehannya dan gadis-gadis yang diperdagangkan lainnya kemudian diseret ke pengadilan Belanda.
Ia juga memberikan bukti terhadap penculik aslinya John Reece ketika ia diadili di pengadilan mahkota Leicester.
Baca Juga: 3 Online Shop Koper Muat Banyak Barang Murah, Cocok untuk Travelling
Pada tahun 1997, ia dinyatakan bersalah atas dua tuduhan menyebabkan pelacuran dan satu karena hidup dari penghasilan tidak bermoral.
Tetapi, ia hanya mendapat dua tahun di belakang jeruji besi.
Sarah berjuang untuk mengambil bagian-bagian dari hidupnya yang hancur dan berjuang dari kecanduan narkoba selama satu dekade ketika ia mencoba untuk menghilangkan kenangan mengerikan. (*) Cece/Stylo
Artikel ini telah tayang di Intisari.id dengan judul "Tragisnya Nasib Wanita Budak Nafsu Ini, Sudah Dipaksa Tidur dengan 20 Pria Setiap Malamnya, Dia Juga Harus Menyaksikan Eksekusi Pembunuhan, 'Aku Ingin Berteriak Tapi Tak Bisa'" Penulis: Mentari DP